Senin, 08 September 2008

IMAN DAN ILMU

IMAN DAN ILMU

Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin

Banyak orang menganggap bahwa iman dan ilmu adalah suatu pertentangan sehingga menganggap bahwa mereka harus memilih dari salah satunya. Memperkuat ilmunya atau meningkatkan kadar imannya. Pandangan ini banyak kita lihat dalam lingkungan masyarakat. Bahkan ada orang yang tidak memiliki keduanya. Orang inilah yang sebenarnya orang yang bodoh yaitu yaitu orang yang tidak punya pilihan.
Pandangan lain yang banyak kita lihat di masyarakat adalah anggapan bahwa peningkatan kadar iman dalam pribadi seseorang merupakan tugas rohaniawan saja sedangkan pengembangan ilmu ini hanya tugas seorang ilmuwan saja. Pandangan ini harus kita hilangkan jka kita ingin menjadi orang sukses karena iman dan ilmu merupakan suatu konsep equilbrium (keseimbangan) yang harus ada dalam diri pribadi. Namun kenyataan di masayarakat kita konsep equilbrium masih susah diterapkan karena orang selalu memilih salah satunya saja sehingga terlalu berat kepada ilmu atau terlalu berat kepada iman.
Ilmu dan iman adalah memang sepasang kekuatan hidup yang bertentangan atau bertolak belakang. Namun ilmu dan iman sebagai dua muka dari sebua mata uang. Keduanya menyatu tidak dapat dipisahkan. Secara sederhana pertentangang itu dapat kita gambarkan :
ILMU IMAN
Dicapai dengan akal Dicapai dengan rasa (intuisi)
Pengamatan rasional Pengamatan irasional
Membentuk kebudayaan dunia Dibentuk oleh agama
Kuantitatif Kualitatif
Membentuk manusia sebagai penguasa Dunia Membentuk manusia sebagai hamba Allah

Diequilibrium adalah suatu keadaan yang tidak seimbang. Disequilebrium ilmu dan iman dapat terjadi karena terlalu berat kepada ilmu atau terlalu berat kepada iman. Terlalu berat kepada ilmu dapat meimbulkan skeptis (ragu-ragu) terhadap keimanan, cenderung kepada materialisme, positivisme dan sekularisme. Terlalu berat kepada iman cenderung mengukur segala sesuatu dengan ukuran irasional. Tidak mengakui hukum sebab-akibat pada alam benda. Dan dianggapnya segala sebab berasal dari Allah dan segala akibat atas kehendak Allah. Segala persoalan hidup dapat diselesaikan dengan berdoa. Disequlibrium ini banyak ditemui dalam praktek kebatinan. Manusia yang seimbang harus memperhatikan nilai berat ilmu dan iman. Skala prioritas ilmu sama dengan iman. Ilmu harus bermanfaat bagi manusia apabila diterangi oleh cahaya iman. Iman hanya dapat berdiri apabila ditopang oleh Ilmu.

Tidak ada komentar: