Senin, 08 September 2008

FILSAFAT CINTA

FILSAFAT CINTA
Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin


“Love is to Place Our Happiness in The Happiness of Another”

Setiap manusia pasti pernah merasakan suka duka di dalam hidupnya. Meskipun suka duka dalam hidup manusia berbead-beda tetapi pada dasarnya suka duka ini akan tetap membayangi dan mempengaruhi hidupnya. Ada yang menerima kedukaan hidup ini dengan lapang dada, sabar dan tabah. Sikap inilah yang mendorong manusia untuk selalu berbuat kebaikan bagi orang lain. Meskipun ia harus mengorbankan apa saja yang ia dimilikinya.
Di dalam hidupnya, manusia selalu menggantungkan diri pada sesamanya, bahkan tidak ada manusia yang hidup tanpa sesamanya. Akibat sikap saling ketergantungan ini dapat tumbuh suatu rasa tolong menolong. Tolong menolong bagi manusia sudah dirasakan sebagai suatu keharusan. Antara orang yang satu dengan yang lain tentu saling butuh membutuhkan, harap mengharapkan dan saling menukar kepentingan.
Yang mendasari tumbuhnya pengorbanan dan tolong menolong adalah keihlasan. Pengorbanan, tolong menolong yang disertai rasa keihlasan akan menghasilkan suatu bentuk perbuatan yang baik. Hal inilah sebenarnya merupakan manifestasi dari suatu cinta kasih yang dimiliki oleh manusia. Cinta kasih bukan hanya sekedar rasa cinta belaka. Tetapai cinta kasih itu timbul dari dalam lubuk hati manusia yang sifatnya kekal dan tidak perna berubah. Dengan cinta kasih ini manusia akan berbahagia di dalam hidupnya. Cinta kasih kepada Tuhan adalah inti dari segala cinta kasih.
Manusia diciptakan untuk hidup damai dan tenteram serta bahagia. Janganlah suasana berkabung meliputi hatinya melainkan cahaya hidup dan cinta. Kedukaan dengan air muka yang suram menunjukan ketidakmampuan melihat dengan pengharapan ke masa depan.
Pasti bahwa tidak ada kehidupan tanpa masalah. Tiada dunia tanpa derita. Tekanan batin yang timbul karena kecewa dan kesengsaraan, merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan ini. Tetapi justu pengalaman inilah yang sering mendorong kita pada kedewasan. Pada perluasan pandangan, kita tak perlu sesalkan segala derita dan penanggungan yang perna kita alami yang mesti kita sesali adalah saat-saat kita tidak mampu hidup sepenuh-penuhnya.
Cinta menyangkut sikap dasar untuk memperhatikan kepuasaan serta ketenteraman dan perkembangan orang yang kita cintai. Apabila kita telah memiliki sifat dasar itu dan mengamalkannya barulah dikatakan bahwa kita telah mencintai orang lain. Dalam hal mencintai maka terjadilah suatu jaringan komunikasi dialogis. Sukses dan gagalnya pencarian ini merupakan sukses dan dan kegagalan terbesar dalam dalam hidup seseorang. Berekemanusiaan berarti mencintai dan dicintai.
Kebutuhan manusia yang fundamental ia cinta sejati dan mendalam kepada diri sendiri, penerimaan diri yang penuh gairah dan harga diri yang tulen, mencintai diri sendiri tidak sama dengan mementingkan diri sendiri, bahkan keduanya bertolak belakang. Mementingkan diri sendiri adalah suatu macam ketamakan yang tak terpuaskan, mementingkan diri sendiri berakar justru karena kurangnya cinta akan diri sendiri. Sedangkan cinta diri sendiri ini merupakan prasyarat bagi suatu langka ke arah hidup yang yang tidak mementingkan diri sendiri.
Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa hal yang paling enggan diakui dalam diri sendiri dan orang lain justru merupakan keperluan yang paling besar, yaitu cinta diri dan harga diri yang sejati. Meragukan dan membanci diri adalah penyakit yang paling biasa menggeregoti kemanusiaan, merusak dan menghancurkan hubungan dan kepercayaan terhadap sesama. Kiranya hampir segala gangguan jiwa dan kejahatan moral berakar pada sebab yang satu ini: Tiadanya cinta sejati pada diri sendiri.
Prakteknya, cinta berarti bersedia melepaskan kesenangan mengabdikan waktu dan bahkan mengorbankan ketenteraman kita demi peningkatan kepuasaan, ketenteraman dan perkembangan orang lain.
Kebanyakan orang menganggap bahwa cinta itu suatu perasaan atau emosi saja. Hal yang sebenarnya tidaklah deimikian. Memang sudah jelas bahwa perasaan ada hubungannya dengan cinta. Perasaan cinta yang pertama biasanya dialamii dalam bentuk perasaan yang sangat kuat. Namun, dalam perkembangan suatu ikatan cinta kadang-kadang mengalami musim kemarau berupa perasaan yang tidak puas diikuti musim hujan perubahan cinta yang subur. Celakalah jika cinta disamakan dengan perasaan. Sebab perasaan selalu berubah-rubah tak menentu. Namun celaka pula kalau kehendak mencintai tidak ditunjang oleh perasaan yang hangat, penuh kasih sayang.
Cinta itu suatu tindakan yang aktif, bukan perasaan yang pasif, kita berdiri dalam cinta, tidak jatuh ke dalamnnya. Sifat aktif cinta itu dapat dilukiskan dengan menekankan bahwa cinta itu terutama memberi dan bukan menerima. Demikianlah cinta merupakan suatu ikatan yang lahir dari keputusan yang matang.
Ikatan cinta pada tingkatan apapun haruslah merupakan ikatan yang langgeng menjadi hidup. Cinta yang hidup dan efektif haruslah menjunjung tinggi kesetiaan cinta kepada pasangannya.
Dua diri yang saling melindungi, saling menyentuh, dan saling menyapa. Inilah satu-satunya kenyataan yang patut dinamakan cinta. Kedua pasangan dapat membuat sedikit demi sedikit gambaran pantulan yang menjadi sumber rasa tertarik satu sama lain, supaya dengan demikian dapat menemukan kenyataan yang lebih indah dari pasangannya. Keduanya bersedia mengakui dan menghormati keberadaan pihak yang lain. Masing-masing menghargai dan berusaha membantu meningkatkan cita-cita dan tujuan batin dalam diri pihak lain. Cinta adalah suatu tuntutan yang besar, sesuatu yang memilih dia dan memanggil dia untuk melakukan hal-hal yang agung. Cinta adalah kalau dua diri saling melindungi, saling menyentuh dan saling menyapa.
Cinta itu berpraduga, ada dan melakukan banyak hal, pada pokoknya, cinta diamalkan dalam kebersamaan dan saling berbagi. Berapa jauh dan berapa dalam dua orang saling mengikat dalam hubungan cinta, sejauh dan sedalam itulah mereka harus saling berbagi hidup secara aktif. Komunikasi bukan hanya merupakan darah kehidupan cinta dan jaminan dan perkembangannya, melainkan inti dari cinta itu dalam pengalamannya.


Kita hanya menjadi terbuka untuk dilihat dan dimengerti orang lain kalau kita menyampaikan perasaan kita kepadanya. Bila kita mengungkapkan perasaan gagasan, pendapat dan keputusan mungkin kita menjadi sadar bahwa masih banyak yang dapat kita pertukarkan, yang paling membedakan satu orang dengan orang lain adalah perasaannya. Dan itulah yang membuat hubungan antar pribadi merupakan suatu pengalaman yang unik.
Dalam mencapai keseimbangan pribadi, hal menerima diri, mencintai diri sangatlah menentukan. Sebab, dengan menerima diri sendiri barulah manusia dapat berkembang, mampu mencintai orang lain.
Bilamana dalam kehidupan seseorang manusia tidak terdapat pertemuan dan hubungan cinta sejati, itu disebabkan karena entah karena takut, entah terlalu mementingkan diri sendiri, berkeras mengunci dan memalangi pintu hatinya. Entah ia tidak dapat atau tidak mau menghadapi resiko dilihat orang orang lain, sehingga nampak relung-relung jiwanya yang paling halus. Tanpa kesediaan menghadapi resiko serupa ini, hidup merupakan penjara yang dingin. Untuk menjawab panggilan mencinta diperlukan keberanian dan ketetapan hati, karena membuka diri sendiri selalu mengandung resiko terluka parah tetapi tanpa membuka diri cinta tak mungkin. Dan tanpa cinta hidup tak lengkap.
Asalkan orang berani menentang untuk bercinta, biasanya cinta akan terbalas. Siapa yang mau bercinta, akhirnya akan menemukan cinta. Lalu ia menemukan cermin. Suatu cermin yang memantulkan kembali gambaran orang yang mencinta. Dan inilah permulaan dari penghargaan diri. Dan kesenangan diri sendiri yang tulen. Maka asal usul penghargaan diri terletak dalam penghargaan yang terpantul dari orang yang kita cintai.
Namun cinta merupakan suatu proses bertahap. Seorang pria dan seorang wanita menempuh perjalanan jauh dan menempuh berkilo-kilo jarak sebelum menemukan kegembiraan cinta. Hutan yang lebat dan gelap ditembus. Bahaya-bahaya besar diatasi. Dengan cinta orang harus lebih hati-hati dengan hal-hal lain. Cinta menuntut pantangan dari segala sesuatu yang dapat meracuni cinta. Cinta menuntut banyak keberanian, ketabahan dan disiplin.
Dalam perjalanan saling mencintai, maka faktor komunikasi menentukan sampai sejauh mana cinta itu bertumbuh. Apabila kita menyampaikan perasaan atau emosi kita, sesungguhnya kita sedang mengatakan siapakah kita sebenarnya, kita membuka diri kita. Perlu ditekankan bahwa hanya dengan mengutarakan perasaan dalam komunikasi pada tingkat hati, kita benar-benar membuka diri. Justru karena memberi tahu tentang diri sendiri, kita menumakan gejala-gejala ketidakdewasaan kita. Kita akan menyadari pola reaksi kita. Dan kalau kita bersedia menelitinya kita akan menemukan bahwa sebagian pola-pola itu adalah gangguan perasaan yang keterlaluan. Pada saat kita kita menyadari hal ini, pola-pola itu berubah. Seungguh ajaib, betapa emosi-emosi yang disadari ini serupa inilah permulaan menjadi dewasa.
Setiap orang dilahirkan dengan nilai yang khas. Setiap orang merupakan misteri yang tidak ada duanya. Akan tetapi kita hanya mengenal diri kita dalam pantulan yang tercermin di mata orang lain. Orang yang terbuka dan berkembang, selalu mampu mencari sesuatu cara untuk memperoleh rasa bernilai, menghargai diri, menjunjung diri , yaitu sesuatu untuk bergembira. Melalui cinta yang sejati dan langgeng kita dapat memperoleh kembali kemampuan penerimaan diri dan kesadaran martabat kita. Kalau cinta dan harga diri tidak ada, kita hanya hidup setengah-setengah. Kita hanya dapat mencapai sebagian kecil dari yang seharusnya kita capai. Cinta sejati merupakan proses bertahap di mana untuk mencapai kedewasaan diperlukan suatu komunikasi yang terbuka.
Hubungan antara pria dan wanita membutuhkan kejujuran kalau kita tidak berterus-terang berarti memelihara harapan orang lain. Jika kita merahasiakan hati maka kita membuat orang lain akan mengharapkan sesuatu yang belum tentu. Dan jika kita ternyata tidak mencintainya berarti membuatnya kecewa dan sedih.
Cinta asamara memang sesuatu yang aneh. Tidak mengenal siapa saja dapat diserangnya. Tidak mengenal waktu, tempat atau kedudukan. Dalam keadaaan bagaimanapun orang dapat jatuh cinta. Kalau sudah jatuh cinta maka tidak ada lagi harta, kedudukan atau bahkan rupa. Bagi seseorang yang mencinta segala yang ada pada diri orang yang dicintai itu selalu baik, selalu indah dan menarik hati, juga tidak memakai perhitungan akal.

Tidak ada komentar: