Kamis, 09 Februari 2012

DETERIORASI KAYU PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL SUKU BAJO


DETERIORASI KAYU PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL SUKU BAJO
Musrizal Muin1, Muhammad Daud1, Muhammad Yunus2, Ruslan2
1          Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin
2 Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Makassar

ABSTRACT

           Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik rumah, faktor pendukung dan penyebab deteriorasi serta lokasi dan bentuk kerusakan bangunan rumah tradisional suku Bajo. Penelitian dilakukan di pemukiman tradional suku bajo di Desa Kabalutan Kecamatan Walea Kepulauan, Kabupaten Tojo Una-una, Propinsi Sulawesi Tengah. Pengambilan data dilakukan dengan metode purpossive sampling. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik rumah, faktor pendukung deteriorasi, lokasi kerusakan dan faktor penyebab serta bentuk kerusakan bangunan rumah tradisional suku Bajo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perumahan tradisional suku Bajo berupa rumah panggung yang dibangun di atas laut, bentuk bangunan rumah berupa bujur sangkar atau persegi panjang dengan atap bentuk limasan atau pelana, umumnya masih menggunakan atap rumbia dan sekitar 10% sisanya mengunakan atap seng. Dinding dan lantai menggunakan papan, beberapa rumah juga mengunakan dinding dari daun silar dan pelepah sagu. Tiang rumah menggunakan kayu lokal seperti kayu pingsan, besi, kerikis, togoulu, kalakka dan manjarite berbentuk kayu bulat yang masih mempunyai kulit dengan ukuran diameter 15-25 cm. Bentuk deteriorasi yang ditemukan umumnya berupa perubahan warna oleh faktor pencuacaan (weathering), retak karena faktor mekanis, erosi karena faktor kimia serta pelapukan dan pengikisan akibat faktor biologis seperti jamur, marine borer, rayap dan kumbang. Kerusakan bangunan terjadi pada hampir semua komponen bangunan. Bagian-bagian bangunan yang paling rentan mengalami kerusakan adalah atap, tiang, lantai serta dinding. Kerusakan pada atap umumnya disebabkan oleh faktor pencuacaan, sedangkan kerusakan pada dinding disebabkan oleh jamur pelapuk, jamur pewarna, rayap tanah, dan kumbang serta faktor pencuacaan sedangkan pada tiang disebabkan oleh marine borer. Kontak langsung bahan bangunan dengan air laut, kebocoran pada atap dan dan pemasangan dinding yang kontak langsung dengan tanah, intensitas penyinaran serta kelembaban yang sangat tinggi dan cuaca yang berubah-ubah merupakan faktor nyata yang mendukung terjadinya deteriorasi kayu pada bangunan rumah tradisional suku Bajo yang telah dibangun selama kurang lebih 15 tahun.
.
Kata Kunci: Deteriorasi kayu, Rumah Tradisional, Suku Bajo, Faktor Perusak Kayu