Kebohongan Yang Terbungkus Rapi
Kaum evolusionis mendapat banyak keuntungan dari program "cuci otak" media. Banyak orang percaya begitu saja pada evolusi tanpa merasa perlu bertanya "bagaimana" dan "mengapa". Ini berarti evolusionis dapat mengemas kebohongan-kebohongan mereka sedemikian rupa sehingga mampu meyakinkan orang dengan mudah.
Sebagai contoh, bahkan dalam buku evolusionis paling "ilmiah", "transisi dari air ke darat" yang merupakan fenomena terbesar evolusi tanpa bukti, "dijelaskan" dengan kesederhanaan yang konyol. Menurut teori evolusi, kehidupan berawal di air dan hewan yang pertama berkembang adalah ikan. Teori ini mengatakan bahwa pada suatu masa ikan-ikan ini meloncat ke darat karena suatu alasan (acap kali, kemarau dijadikan ala-san), dan ikan-ikan yang memutuskan untuk hidup di darat kemudian memiliki kaki dan paru-paru, bukan sirip dan insang.
Kebanyakan buku evolusionis tidak menjawab pertanyaan "bagaimana" dalam suatu pokok bahasan. Bahkan dalam sumber paling "ilmiah" pun, kejanggalan pernyataan mereka ditutupi dengan kalimat seperti "peralihan dari air ke darat akhirnya terjadi".
Bagaimana "peralihan" ini terjadi? Kita tahu bahwa ikan tidak dapat bertahan hidup di darat lebih dari beberapa menit. Jika kita asumsikan musim kering terjadi dan ikan harus pindah ke darat, apa yang akan terjadi pada ikan tersebut? Jawabannya sudah jelas. Semua ikan akan mati satu per satu dalam beberapa menit. Meskipun proses ini berlangsung dalam periode puluhan juta tahun, jawabannya tetap sama: ikan akan mati satu per satu. Alasannya, organ sekompleks paru-paru tidak akan sekonyong-konyong muncul secara "kebetulan" melalui mutasi; tetapi di lain pihak, setengah paru-paru pun tidak berguna sama sekali.
Akan tetapi, persis seperti inilah yang diajukan evolusionis. "Peralihan dari air ke darat", "peralihan dari darat ke udara" dan banyak lagi lompatan-lompatan lain "dijelaskan" dalam istilah-istilah yang tidak logis ini. Sementara tentang pembentukan organ-organ sekompleks mata dan telinga, evolusionis lebih memilih diam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar