Masuk Dunia
Baru: Masa SMP dan SMU
Setelah
lulus SD dengan predikat lulusan terbaik di SD 40 Lewaja pada tahun 1997,
selanjutnya saya mendaftar di SMP Negeri 1 Enrekang (SMP Terbaik di Enrekang
saat itu) dan kebetulan lulus dan ditempatkan di kelas 1A yang merupakan
kumpulan anak-anak pintar. Di sini, saya seolah masuk ke dunia baru,
teman-temanku anak-anak kaya dan anak-anak pejabat sehingga saya merasa minder.
Jarak rumah saya dengan sekolahku waktu itu adalah 5 km, saya harus menempuh 10
km per hari jalan kaki ke sekolah. Waktu baru masuk ke kelas saya jadi anak
pendiam karena saya merasa ke dalam
dunia kota padahal saya cuma anak kampung yang terbiasa dengan
permainan-permainan alam bukan permainan-permainan modern. Tapi saya ingat
sekali, ada satu waktu ketika ada pertanyaan guru kepada murid-murid di kelasku
dan tidak ada yang tahu jawab, saya sebenarnya tahu jawabannya cuma malu-malu
menjawab, akhirnya saya beranikan diri acungkan tangan dan menjawab, dan
ternyata benar, lucunya gurunya sangat terkesan jawabanku, akhirnya di situlah
saya mulai dilirik teman-temanku untuk tempat belajar He..he..he…Baru kusadari
bahwa ternyata teman-temanku di SLTP itu ada lawan-lawanku dulu waktu
pertandingan cerdas cermat waktu SD. Sejak saat aku menjawab pertanyaan guru
itu, akhirnya saya mulai tidak minder, akhirnya saya membuat
permainan-permainan baru, dari bermain bola di meja dengan menggunakan kapur
yang dibuat menjadi bulat sampai membuat kreasi-kreasi dari tanah liat. Karena
beberapa kesan itulah, akhirnya di SMP, meskipun anak kampung tapi namaku juga
banyak yang kenal oleh teman-teman. Saya ingat sekali, perna waktu kelas 2 SMP,
saya sakit, coba bayangkan teman-temanku yang rata-rata anak pejabat itu rela
datang menjeguk saya yang sedang sakit meskipun jalan kaki yang jauhnya 10 km
pulang pergi.
Tahun
2000, saya lulus SMP 1 Enrekang sebagai finalis lulusan terbaik, kebetulan yang
kalahkan saya adalah teman sebangkuku sendiri. Akhirnya saya mendaftar di SMU 1
(SMU terbaik di Enrekang), waktu itu teman sebangkuku mendaftar di Makassar. SMU
1 Enrekang tidak jauh letaknya dari SMP 1 Enrekang. Di SMU saya merasa lebih
rileks meskipun masih harus menempuh 10 km pulang pergi sekolah setiap hari
tapi setidak-tidaknya banyak teman saya berasal dari kampung. Di SMU saya
selalu rangking 1 kecuali satu kali rangking 2 dan 3. Waktu di SMU, kalau kita
rangking selalu dapat hadiah dari
sekolah seperti buku, kamus dan lain-lain.
Ada
kejadian lucu, waktu itu saya sudah kelas 3, kebetulan ada tambahan les, karena
rumah saya jauh maka saya tidak pulang. Terus ada beberapa teman juga dari kampung
lain yang tidak pulang. Jadilah kita berlima, dan sepakat main domino, satu
orang pergi panjat kelapa di samping kelas (Ini milik sekolah dan kami ini
siswa sekolah jadi kami mengambil milik kami sendiri). Tapi, hari itu apes
betul, kami kedapatan main domino dan ambil kelapa dan guru punya pemikiran
tersendiri tentang kepemilikan kelapa itu. Akhirnya kami dihukum.
Tahun
2013, akhirnya saya lulus SMU. Waktu itu hari yang menegangkan karena sebelum
pengumuman, terlebih dahulu diumumkan 5 besar, saya waktu itu sebenarnya tidak
diunggulkan, ada beberapa teman saya yang diunggulkan, setelah diumumkan dari
nomor 5, 4, 3 dan pada saat diumumkan peringkat 2 justru yang diprediksi jadi
rangking 1 yang disebut namanya. Semua orang bingung siapa yang rangkin 1?
Akhirnya diumumkanlah peringkat 1 dan kebetulan waktu itu namaku yang disebut.
Akhirnya, teman-teman saya memfilox baju saya sambil menuliskan beberapa tanda
tangan dan pesan di bajuku, sampai saat ini baju itu masih kusimpan di lemari
pakaianku, disimpan sebagai kenangan.
Waktu lulus SMU, sebenarnya berpeluang bebas tes masuk ke jurusan favorit di UNHAS
melalu jalur penelusuran bakat dan
prestasi (JPBP) Universitas
Hasanuddin tetapi saya memilih pemikiran tersendiri dan masuk ke kehutanan.
Banyak yang ketawai waktu memilih kehutanan tapi saya senang dengan namanya
hutan dan keindahan alam tapi yakin bahwa suatu saat nanti kehutanan akan
menjadi isu dunia dengan adanya kasus global warming, perubahan iklim,
permasalahan lingkungan, dan keanekaragaman hayati dan itu akhirnya terbukti
beberapa tahun kemudian ketika saya menggeluti pekerjaanku sebagai akademisi
dan konsultan. Waktu itu, orang tua dan kakakku yang mendukung masuk ke
kehutanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar