Jumat, 07 Februari 2014

IMPIAN KECIL BISA MENGANTAR PADA KEJAYAAN



Impian Kecil Bisa Mengantar pada Kejayaan

Saya selalu ingat, kata-kata kakek saya supaya belajar baik-baik karena di darah dan diriku ada tanda-tanda karakter “To Manurung”.  Meskipun saya masuk anak santri tetapi saya suka mengadu ayam. Kata kakek saya, itu katanya karakter bawahan dari leluhur. Saya masih ingat betul, kakek saya berpesan untuk tidak makan ekor ataupun jantung pisang. Pantangan ini baru saya mengerti alasannya pada saat kuliah, kira-kira maksudnya bahwa dengan tidak makan ekor agar jangan perna jadi pengikut (ekor) tetapi jadilah pemimpin dan jantung pisang itu adalah makanan ata’ (budak). Untuk ini, masih saya pegang sampai sekarang meskipun saya tidak menanggapnya haram. Ini saya anggap, saya tidak berselera makan bukan karena saya anggap tidak halal. Kata kakek saya Agama yang Membawa Adat bukan Adat yang Membawa Agama.
Karena mungkin waktu kecil saya suka mengaji, belajar lontarak, dan termasuk anak berprestasi di sekolah makanya banyak kakek dan beberapa orang tua keluarga memberikan ilmu-ilmunya ke saya termasuk lontarak, pusaka, ilmu falak, ilmu pengobatan, ilmu kepemimpinan, ilmu filsafat dan ilmu lainnya. Dengan harapan saya dapat mengembalikan kejayaan leluhur. Kakek-kakek saya adalah guru-guru kampung, mereka berpesan bahwa kalau berguru sama orang lihatlah waktu hidup dan menjelang matinya. Kalau hidupnya bahagia dan matinya dengan tenang menghadap ke sisiNya maka ambillah ilmunya. Kakek  dan guru-guru saya memang matinya “Khuznul Khatimah”, mereka tahu bahwa mereka sudah mau dipanggil yang Maha Kuasa dan minta diwhudukan sebelum ketemu sakaratul maut. Makanya saya yakin betul ilmu yang diberikan bukanlah ilmu sesat tapi betul-betul merupakan ajaran Islam yang benar.
Masa-masa kecilku kulalui dengan hidup di kampung dengan penuh bahagia. Waktu masih anak-anak saya hobby memelihara ayam, kambing dan sapi, memelihara ikan, memanjat pohon rambutan, melempar buah mangga, menjerat burung, bermain di sungai, memanjat pohon jambu dan rambutan, menunggu buah alpukat dan durian jatuh,  bermain lumpur di sawah, memburu capung, menangkap ikan, bermain kelereng, permainan wayang, petak umpet. Selain itu, sewaktu kecil jadi penjual salak di sekolah, penjual pisang goreng dan tapai di bulan puasa, serta pemulung botol di tempat wisata adalah pekerjaanku mencari uang dan di sinilah saya mulai belajar mandiri. Sekolahku waktu SD agak jauh di seberang sungai, jadi setiap ke sekolah pasti lewat sungai. Jam 10 dulu saya dapat tandai dengan lewatnya pesawat terbang yang berbunyi nyaring (di sinilah saya sering berharap suatu saat nanti bias naik pesawat). Pada saat itulah waktu kelas 1 SD merupakan waktu untuk pulang sekolah.
Paling senang dulu kalau pulang sekolah, kalau  air sungainya meluap karena ujung-ujung pasti mandi-mandi dan berenang. Sepulang sekolah, habis makan siang pergi bermain wayang (bukan wayang Jawa  tapi semacam kertas bergambar), kelereng, atau karet gelang, kalau tidak pergi adu ayam sama sepupu (bukan sabung ayam ini he..he..he..) setelah itu pergi santri sampai Ashar kemudian main petak umpet atau permainan tradisional yang disebut “boong” (permainan perang dengan batu pipi sebagai tanda markas). Aturannya di sini, permainannya ada di lapangan terbuka tetapi di sekelilingnya semak belukar, ada dua group masing-masing memiliki satu batu pipih yang ditancapkan ke tanah. Batu ini harus dijaga supaya tidak diinjak lawan, siapa anggota lawan yang menginjanknya berarti menang (ini dianggap markasnya telah dikuasai). Aturan menangkap musuh adalah dengan cara menyentuh musuh tetapi pastikan musuh yang menangkap adalah yang menginjak batu yang terakhir. Lawan yang disentuh kemudian ditawan dan disuruh berjejer di depan markas. Pihan lawan masih dapat membebaskannya dengan cara menyentuhnya.
Biasanya dalam permainan ini saya adalah pengatur strateginya, karena lapangannya dikelilingi semak belukar maka banyak tempat persembunyian. Saya biasanya mengirim satu orang mata-mata dan saya sendiri juga bertindak sebagai mata-mata, teman-teman yang lain harus terus mempropokasi lawan biar mereka tidak sadar bahwa ada dua orang yang  diutus sebagai mata-mata sekaligus untuk menyerang lawan sampai dapat menginjang batunya. Saya dan teman saya harus mengambil jalur berbeda, kemudian harus bergerang diam-diam dalam semak belukar biar tidak diketahui lawan, pada saat dekat wilayah lawan maka teman yang ditinggalkan harus mempropokasi lawan dan yang bertindak mata-mata harus berupaya membuat gerakan supaya konsentrasi lawan terbagi kedua arah, dan berusaha akan menangkap mata-mata yang satu, pada saat konsentrasi terpecah kedua arah saat itulah saya berlari secara diam-diam dari arah berlawanan untuk menginjak batu lawan tanpa dia sadari dan itulah yang disebut “boong” dan kelompok kita menang..menang…menang…
Permainan chip-chip adalah permainan yang tidak kalah serunya waktu kecil. Di sini ada dua group yaitu group polisi dan penjahat. Pembagian group ini dilakukan secara acak. Jadi anggota penjahat adalah group favoritku karena di sini kita bertindak sebagai yang dikejar. Skenarionya biasanya adalah klasik, ada penduduk yang melapor ke polisi bahwa kehilangan sapi, kemudian polisi mengeluarkan ultimatum (dihitung sampai sepuluh). Ini semacam peringatan buat penjahat untuk menyerahkan diri. Tapi penjahat mana mau menyerahkan diri,akhirnya polisi mengejar gerombolan penjahat tersebut. Tapi karena permainan ini di semak-semak yang punya banyak lorong-lorong maka perburuan menjadi seru. Yang membuat saya suka jadi gerombolan penjahat karena saya suka buat  perangkap dalam lorong yang membuat polisinya tersiram air. Caranya adalah di jalan lorong, digali kemudian dari situ dipasang dengan ranting kayu yang disambungkan dengan tali kecil dari kulit kayu yang menghubungkan dengan botol air di bagian atas lorong, sehingga ketika polisinya menginjak ranting tadi maka otomatis talinya menarik botol yang berisi air maka tertumpalah air. Itulah masa-masa kecilku penuh dengah ide-ide lucu dan konyol.
Setelah bermain biasanya pulang ke rumah, mengatur induk ayam ke kandangnya, terus mandi dan mengaji, kemudian kerjakan PR dan belajar, habis Isya langsung tidur. Dengan waktu seperti itu kadang sekarang saya heran, waktu SD saya selalu rangking, hafal butir-butir pancasila, P4 dan juz amma tapi waktu belajarnya sedikit. Itulah mungkin bedanya dengan anak-anak kampung, daya ingat dan daya serap mata pelajaran.
Hari minggu adalah waktu untuk pergi ke kebun atau ke sawah. Biasanya pergi mencangkul, menanam jagung, petik buah kakao atau jaga padi. Paling seru ketika jaga padi ke sawah, waktunya untuk jerat burung pipit. Alat jeratnya bias menggunakan getah pohon sukun atau keluwih yang sebelumnya di masak sampai membentuk lem. Selain itu dibuat juga perangkap berupa sangkar yang berisi burung pipit yang berkicau untuk memanggil temannya. Sambil menjaga padi dan menunggu hasil jeratan paling seru baca cerita silat Wiro Sableng karangan bastian Tito dan cerita silat karangan Asmaraman S. Ko Phing Ho. Yang tak kalah seru dulu juga adalah ketika mengangkut gabah, kakao dan kemiri dari kebun kadang harus memikul naik turun gunung baru  sampai ke rumah, dan menanam padi di sawah sambil bermain hujan-hujan. Orang tua tidak marah kalau kita bermain lumpur dan hujan-hujan, katanya supaya terbiasa dengan alam. Mungkin juga orang tua saya tidak perna marah. Sampai saya dewasa, memang tidak perna saya lihat orang tua saya bertengkar. Mereka itu kayak cinta sejati. Kata Ibu saya cukup satu saja yang penting selamanya. Dua istri kalau tidak adil membuat semua bias hancur. Di kampung saya dan di Pinrang, kebun dan sawah saya sebenarnya luas tapi keluarga yang dipercaya jaga malah mencaploknya jadi miliknya, hal ini karena demi memenuhi istri keduanya. Tapi itulah orang tua, sudah tahu tanah dan sawahnya diambil selalu bilang tidak apa-apa harta tidak di bawah mati. Orang tua selalu bilang hiduplah sederhana dan bersahaja, biar sedikit rezeki yang penting mencukupi itu jauh lebih berarti. Kalau saya ingat kata-kata ini rasa rindu terhadap orang tua selalu datang. FAMILY: Father And Mother I Love You.

Tidak ada komentar: