Unforgotten
Memories: To Be a Forester
Pada
tahun 2003, saya lulus SMU. Saya kemudian melanjutkan
pendidikan di Makassar pada Universitas Hasanuddin melalui jalur penelusuran
bakat dan prestasi (JPBP) Universitas
Hasanuddin, dan memilih program
studi Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian dan Kehutanan Kehutana n (Menjadi Fakultas Kehutanan sejak tahun 2006).
Selama mengikuti perkuliahan, saya aktif pada berbagai organisasi diantaranya pengurus Jamaah Mushollah Ulil Albab
(JMUA), pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), pengurus Biro Khusus Belantara
Kreatif (BKBK), dan Wakil Ketua Sylva Indonesia (p.c) UNHAS, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, anggota
Himpunan Pelajar Mahasiswa Massenrengpulu (HPMM), Keluarga Mahasiswa Kebumian
Makassar (KMKM), anggota Pioneer English Meeting Club (PEMC) Fort Rotterdam,
dan pengurus Al Markaz for Khudi Enlightening Studies (MAKES), Makassar,
Sulawesi Selatan serta berbagai organisasi dan perkumpulan non profit lainnya.
Kuliah di fakultas kehutanan merupakan pengalaman indah
yang tak terlupakan. Bagaimana tidak, pada awalnya saya tidak tahu di mana itu
UNHAS, apalagi Jurusan Kehutanan. Pada saat pendaftaran ulang, harus ke
rektorat UNHAS, dari modal bertanya akhirnya tahu dimana itu rektorat berada. Pada
saat di lantai 5 saya bertanya kepada seorang bapak yang berpakaian rapi (nanti
setelah baru saya tahu bahwa orang itu adalah PR 3 he..he..he..).
Setelah itu, ada undangan lagi pengumpulan formulir di jurusan, saya datang ke jurusan kehutanan, langsung disuruh sama senior push up, saya bingung, kok begini ya? katanya itu pra OSPEK. Setelah beberapa hari diplonco di pra OSPEK, akhirnya tibalah saat acara utama OSPEK. OSPEK di kehutanan namanya Restorasi Inisiasi Mahasiswa Baru (RIMBA) 2003, Sylva Indonesia (p.c) Universitas Hasanuddin. Dari namanya saja keren. Waktu RIMBA, saya disuruh buat biodata dengan mesin ketik dengan huruf kecil dan huruf besar selang seling, terus disuruh buat ringkasan film dan berita tengah malam, disuruh berpakaian hitam, cukur seperti obat nyamuk baygon, pakai kalung daun pinus dan biji salak, pakai topi rimba, kaos bola warna biru satu warna orange satu, sepatu ditempelin kertas, pakai senapan kayu dan disuruh bawah balon. Terus disuruh kumpul di depan Mercedes Benz jam 5 subuh, setelah tiba disuruh push up dan merayap di selokan. Lari-lari terus merayap lagi sampai di Lapangan Rimba. Mungkin jauhnya sekitar 500 meter. Saya tidak mengerti ini mau kuliah atau mau masuk tentara?
Yang paling lucu pada saat RIMBA, kita dibagi dalam beberapa kelompok, kemudian setiap ketua kelompok melapor pakai bahasa daerah. Kebetulan saya ditunjuk lagi menjadi salah satu ketua kelompok yaitu ketua kelompok 8. Masing-masing ketua setelah melapor pakai bahasa daerah kemudian disuruh berdebat satu sama lain dalam bahasa daerah masing-masing. Bayangkan lucunya, kita berdepoat tapi kami tidak mengerti bahasa satu sama lain apalagi isi yang diperdebatkan. Lapangan rimba adalah tempat pengumpulan yang tak terlupakan. Selama RIMBA, macam-macam perlakuan senior mulai dari tarian rimba, disuruh foto dengan pakaian peternak bebek di kanal, disuruh manjat baru kalau ditembak harus jatuh dari pohon, disuruh gombal pohon, disuruh buat lapangan dengan cara guling-guling, disuruh minum satu botol untuk satu angkatan terus mulut botolnyaharus masuk ke mulut terus bergiliran minumnya, ditempeleng, digertak yang membuat perasaan lucu, jengkel, marah bercampur aduk.
Setelah itu, ada undangan lagi pengumpulan formulir di jurusan, saya datang ke jurusan kehutanan, langsung disuruh sama senior push up, saya bingung, kok begini ya? katanya itu pra OSPEK. Setelah beberapa hari diplonco di pra OSPEK, akhirnya tibalah saat acara utama OSPEK. OSPEK di kehutanan namanya Restorasi Inisiasi Mahasiswa Baru (RIMBA) 2003, Sylva Indonesia (p.c) Universitas Hasanuddin. Dari namanya saja keren. Waktu RIMBA, saya disuruh buat biodata dengan mesin ketik dengan huruf kecil dan huruf besar selang seling, terus disuruh buat ringkasan film dan berita tengah malam, disuruh berpakaian hitam, cukur seperti obat nyamuk baygon, pakai kalung daun pinus dan biji salak, pakai topi rimba, kaos bola warna biru satu warna orange satu, sepatu ditempelin kertas, pakai senapan kayu dan disuruh bawah balon. Terus disuruh kumpul di depan Mercedes Benz jam 5 subuh, setelah tiba disuruh push up dan merayap di selokan. Lari-lari terus merayap lagi sampai di Lapangan Rimba. Mungkin jauhnya sekitar 500 meter. Saya tidak mengerti ini mau kuliah atau mau masuk tentara?
Yang paling lucu pada saat RIMBA, kita dibagi dalam beberapa kelompok, kemudian setiap ketua kelompok melapor pakai bahasa daerah. Kebetulan saya ditunjuk lagi menjadi salah satu ketua kelompok yaitu ketua kelompok 8. Masing-masing ketua setelah melapor pakai bahasa daerah kemudian disuruh berdebat satu sama lain dalam bahasa daerah masing-masing. Bayangkan lucunya, kita berdepoat tapi kami tidak mengerti bahasa satu sama lain apalagi isi yang diperdebatkan. Lapangan rimba adalah tempat pengumpulan yang tak terlupakan. Selama RIMBA, macam-macam perlakuan senior mulai dari tarian rimba, disuruh foto dengan pakaian peternak bebek di kanal, disuruh manjat baru kalau ditembak harus jatuh dari pohon, disuruh gombal pohon, disuruh buat lapangan dengan cara guling-guling, disuruh minum satu botol untuk satu angkatan terus mulut botolnyaharus masuk ke mulut terus bergiliran minumnya, ditempeleng, digertak yang membuat perasaan lucu, jengkel, marah bercampur aduk.
Setelah
selesai RIMBA, masuk ke pengkaderan kedua namanya Kegiatan Temu Akrab Jurusan
Kehutanan (TAJUK) 2003. Lokasinya di hutan pendidikan UNHAS Bengo-Bengo Maros.
Di sini saya ditunjuk lagi sebagaicketua kelompok. Setiap kelompok
membawakan acara sylva ria, waktu itu kelompok saya dapat bagian parodi kocak
untuk dipentaskan di malam sylva ria. Di sini mental di uji betul kita harus
acting seperti main film terus ditonton oleh senior-senior mulai angkatan tua sampai senior yang masih muda. Lebih parahnya Bina Akrab ini bersamaan dengan acara
LUSTRUM (temu Alumni kehutanan), saya ditunjukkan lagi bawa acara dan mendapat tugas untuk memerankan peran bencong…busetttt daahhhh. Betul-betul masa-masa
kelamku wkwkwkwk.
Acara
paling menarik di Bina Akrab adalah cross country. Kita harus melakukan
perjalanan melintasi gunung selama satu hari yang menariknya kita harus mencari
arah jejak dengan kompas. Pada beberapa rute jalan terdapat beberapa posko
senior. Pada setiap posko harus menyerahkan upeti berupa snack, rokok dan kodak-kodak
(istilah untuk sesi foto-foto senior). Gak apa-apa upetinya tetapi yang
jengkelnya adalah kita dikerjain habis. Yang tak kalah menjengkelkan adalah
perintah petunjuk arah kompas rute cross country sebagian di simpan di atas pohon yang tinggi. Yang
mau tidak mau harus dipanjat supaya tidak tersesat demi untuk mengetahui arah
mana yang harus dituju melalui petunjuk dari gulungan kertas yang di simpan di atas pohon pinus itu.
Setelah
beberapa hari tibalah acara pelantikan menjadi anggota sylva. Di sini kami
dilantik memakai air comberan yang sebelumnya kami distempel dengan kotoran
sapi. Betul hari-hari kelam. Setelah dilantik, resmilah saya jadi anggota sylva (p.c)
UNHAS. Setelah itu, saya mengikuti pengkaderan ketiga namanya OPDKM (Orientasi
Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa). Disini kita belajar kepemimpinan, kita diajar tentang kepemimpinan. Yang lucu adalah kita diajar bahwa satu
angkatan itu bersaudara, jadi dilarang pacaran satu angkatan karena itu sama
dengan pacaran sama saudara. Teori akhirnya jadi teori turun temurun di
kehutanan..he..he…he…Ternyata ini adalah kesempaatan senior untuk TEPES (Tebar Pesona) dan OPDKM Baru (Orientasi Pengenalan Diri Pada
Mahasiswa Baru) wkwkwkwkwk. Saya mengerti bahwa itu adalah politik untuk
mengurangi persaingan junior wkwkwk. Di kehutanan itu biasanya satu
angkatan berjumlah 150 orang dan cowoknya 50 orang sisanya adalah cewek. Dan umumnya
ceweknya pakai jilbab dan cantik-cantik dan manis-manis lagi. Di kehutanan
memang dulu dilarang pakaian seksi buat ceweknya.Inilah yang membuat senior membuat "Politik Cinta dan Perubahan Iklim".
Setelah selesai OPDKM akhirnya saya mengikuti
pengkaderan terakhir namanya PKMR (Perkemahan Kerja dan Malam Rimbawan). Di
sini betu-betul menghabiskan tenaga dan waktu. Coba bayangkan jam 7 harus ke
kampus untuk menyapu, jam 8 ikut laboratorium, terus kuliah, setelah itu pengumpulan,
sore lari-lari, malam disuruh pergi bantu senior di kampus sampai subuh. PKMR
pada angkatanku adalah PKMR ke 29 di Salomekko-Tonra, Bone. Pra PKMR ini
dimulai bulan Maret sampai September, sekitar 6 bulan lamanya. Di sini, kita
betul-betul diuji mental dan fisik. Ddi sinilah awal muasal dikenal istilah namanya “Push Up
Millenium”, “Push Up 2000”, “Kepala di Atas Kepala”, “Pegang-Pegang Sendok”. Dan
setelah saya jadi senior, hanya dua yang kami wariskan ke junior berikutnya
yaitu “Push Millenium” dan “Kepala di
Atas Kepala”. Sampai kapanpun kalau saya ingat ini pasti saya ketawa mengenangnya. Ini namanya kuliah MPS (Ma'Paguru Salah) wkwkwkwk
Pada
saat PKMR setiap kelompok mempersembahkan acara. Kebetulan pada saat saya lagi
jadi ketua kelompok pas ambil lot dapat tugas tarian modern. Mampuslah saya,
bagaimana mau menari modern padahal badan saya kaku. Tapi gak ada jalan lain, kita harus latihan dan mungkin karena di
bawah tekanan akhirnya mampu juga….he…he…eh…Di sini saya simpulkan bahwa kalau
kita di bawah tekanan maka bakat itu muncul dengan sendirinya. Buktinya
sekarang saya tidak tahu caranya dan tidak mau tahu lagi namanya menari modern. Setelah
PKMR, akhirnya resmi jadi Forester. Di situ baru saya mengerti apa maksud seniorku perlakukan kami begitu, ternyata
untuk kesetaraan nasib yang membuat kami kompak. Hal ini yang membuat keakraban antara senior dan junior semakin kuat. Nilai-nilai keakraban dan semangat itulah yang hilang di kehutanan. Berulang kali saya dipanggil ke acara PKMR saya sudah tidak tertarik lagi. Karena tidak semenarik dulu. Setelah resmi jadi forester,
akhirnya masuk HMI, BKBK, kemudian terpilih jadi ketua panitia OPDKM 2004, dan
sering kali terpilih sebagai ketua komisi pembahas AD-RT yang akhirnya membuat saya
terpilih jadi wakil ketua sylva Indonesia (p.c.) UNHAS periode 2005-2006. Saya
sebenarnya tidak mau awalnya jadi wakil tapi teman-teman mendorong saya,
termasuk amanah dari ketua angkatan saya karena katanya supaya saya diplot
sebagai ketua Maperwa periode berikutnya. Akhirnya saya maju dengan catatan mereka
bersumpah akan kawal saya. Mungkin sudah takdirnya, ketua angkatan saya
meninggal akibat sakit pada tahun 2005. Tangan kanan saya sudah tidak ada lagi. Setelah itu, teman-teman sudah lesu berorganisasi. Berbagai cobaan saya hadapi saat itu, mulai dari
tuduhan melakukan kekerasan terhadap mahasiswa (kebetulan mahasiswa baru itu
anak pejabat), melawan dosen, sampai pada ancaman DO. Dan pengawal-pengawal setiaku lesu berjuang dalam organisasi, mungkin karena tekanan dari birokrasi. Terjadi dekadensi organisasi pada seluruh unit organisasi kemahasiswaan. Inilah yang memperlemah posisiku waktu itu. Di sinilah awal titik surutnya karirku di
organisasi kemahasiswaan.
Akhirnya
tahun 2005, ada penyambutan mahasiswa baru. Pada saat itu, masa-masa kelabu
menyelimuti dunia kampus, hampir semua pengurus organisasi pada semua jurusan diskor akibat
kebijakan kampus yang ekstrim yang menolak diadakannya kaderisasi kemahasiswaan. Waktu itu, bagaimana pun juga pengkaderan di
kehutanan harus tetap hidup. Waktu itu pihak jurusan meminta OSPEK ditunda. Akhirnya,saya
diminta mengikuti rapat dengan pimpinan jurusan dan kami sepakat bahwa ospek akan
ditunda. Tetapi waktu itu, ternyata ketua seksi acara sudah terlanjur umumkan ke MABA untuk
pengumpulan untuk memabagi formulir biodata. Besoknya pagi-pagi saya datang ternyata MABA telah dikumpul, saya
meminta supaya mahasiswa baru tersebut dibubarkan tapi seksi acara mengatakan
mereka hanya bagi formulir. Saya sudah kena photo karena ada dipengumpulan yang tidak sengaja ini dan akhirnya saya dianggap bahwa
melanggar kesepakatan. Pada saat itu juga ada beredar isu ada pemukulan di
kehutanan, akhirnya saya disidangkan, saya sudah membelah bahwa bukan
pengumpulan untuk OSPEK. Isu pemukulan saya minta diklarifikasi, ternyata
setelah diklarifikasi oleh pihak jurusan, memang terbukti bahwa tidak ada pemukulan yang ada orang tua (pejabat) menelpon
supaya anakanya dijaga jangan sampai dipukul tetapi terdengar bahwa katanya
anaknya dipukul. Lagi-lagi saya tidak terbukti bersalah, saya tetap disidang,
dan yang paling membuat saya kecewa waktu itu mereka mengatakan bahwa “kamu
hanya anak seorang petani Daud masa kamu pertarukan jabatanmu demi orang tuamu”
itu membuat saya menangis waktu itu, dan kata-kata itu menyimpulkan bahwa pihak kampus memang membeda-bedakan kita. Akhirnya saya minta mundur sebagai wakil
ketua besoknya. Dari situlah saya tahu bahwa orang-orang terdidik di kampus
banyak juga yang bukan pendidik. Mereka hanya memperlakukan kita baik kalau
kita anak pejabat atau kaya. Tapi saya yakin bahwa Allah Maha Adil. Mungkin
waktu itu mereka tidak adil, tetapi keadilah Allah tetap akan dilaksanakan entah itu kapan dan selalu memberikan jalan kebaikan
hambanya yang tertindas.
Mulai
saya itulah saya belajar tentang pergerakan kaum tani. Dan akhirnya menemukan teori Sukarno. Saya pelajari teori itu sampai akhirnya saya mengerti pola pemikiran sukarno tentang Marhaenisme bahwa kaum
proletar (kaum tani dan kaum melarat Indonesia) akan terus ditindas oleh kaum
penjilat kekuasaan. Sejak saya itu saya mendeklarasikan diri sebagai seorang Marhaenist. Kejadian
itulah yang membuat saya senang dengan kegiatan-kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Saya banyak membantu mengajar pada gerakan penuntasan butah huruf dan aksara. Banyak bergaul dengan anak jalanan dan masyarakat kumuh dan pesisir Makassar.
Setelah kejadian yang sangat menyedihkan itu, saya mengundurkan diri jadi wakil ketua sylva. Warga sylva tidak mau menerima pengunduran diriku dan tetap disuruh melanjutkan jabatan itu. Saya tetap mengemban amanah itu meskipun hanya dengan kegiatan-kegiatan pokok pengkaderan. Setelah laporan pertanggung jawaban dalam musyawarah besar, saya resmi berhenti jadi wakil ketua sylva. Setelah itu saya banyak berorganisasi di luar seperti anggota Pioneer English Meeting Club (PEMC) Fort Rotterdam, dan pengurus Al Markaz for Khudi Enlightening Studies (MAKES), dan American Corner serta belajar menjadi Guide di makassar. Profesi ini saya jalani kira sekitar 2 tahun. Dari pengalaman itulah yang membuat saya dan teman-teman belajarku kelak mendirikan perkumpulan namanya Hasanuddin English Community. Organisasi dan Komunitas belajar bahasa inggris di UNHAS.
Setelah kejadian yang sangat menyedihkan itu, saya mengundurkan diri jadi wakil ketua sylva. Warga sylva tidak mau menerima pengunduran diriku dan tetap disuruh melanjutkan jabatan itu. Saya tetap mengemban amanah itu meskipun hanya dengan kegiatan-kegiatan pokok pengkaderan. Setelah laporan pertanggung jawaban dalam musyawarah besar, saya resmi berhenti jadi wakil ketua sylva. Setelah itu saya banyak berorganisasi di luar seperti anggota Pioneer English Meeting Club (PEMC) Fort Rotterdam, dan pengurus Al Markaz for Khudi Enlightening Studies (MAKES), dan American Corner serta belajar menjadi Guide di makassar. Profesi ini saya jalani kira sekitar 2 tahun. Dari pengalaman itulah yang membuat saya dan teman-teman belajarku kelak mendirikan perkumpulan namanya Hasanuddin English Community. Organisasi dan Komunitas belajar bahasa inggris di UNHAS.
Yang paling tidak bisa juga dilupa adalah sewaktu jadi
anak kost. Banyak kenangan-kenangan yang tidak bisa dilupakan. Kadang kalau kehabisan uang
makan mie berduabelas dengan teman. Mencuri surat cinta teman kemudian direkam di
radio, buang teman yang sedang ulang
tahun ke rawa sebagai hadi ulang tahunnya. Mencuri celana teman yang lagi mandi. Mendamaikan teman yang
berkelahi gara-gara masalah cewek. Mengerjain teman yang sedang tidur. Pas lagi
bulan ramadhan rajin dengar ceramah demi kupon nasi adalah ide-ide yang konyol
waktu itu
Meskipun berbagai cerita lucu-lucu waktu zaman kuliah ada
beberapa yang tetap membuat orang tua saya bangga di antaranya sebagai
Penerima Beasiswa Tanabe
Foundation dan Maruki Foundation, Mahasiswa Berprestasi Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin tahun 2007 serta
Wisudawan Terbaik Universitas
Hasanuddin tahun 2007 setelah mendapat IPK 3.98 dengan masa studi 4 tahun.
Waktu itu, yang membuat saya terharu adalah kedua orang tua saya pada saat
rapat senat luar biasa pada acara wisuda orang tua saya duduk setara dengan
Dekan sebagai penghargaan buat anaknya yang memperoleh gelar wisudawan terbaik
UNHAS.
Saya menjadi assisten dosen di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 pada beberapa mata kuliah antara lain: Kimia Kayu, Statistika, Anatomi Kayu, Fisika dan Mekanika Kayu, Teknologi Pulp dan Kertas, Hasil Hutan Bukan Kayu, dan Manajemen Industri. Setelah lulus S1 saya perna dua kali lulus beasiswa keluar negeri yaitu ke Jepang dan New Zeeland tetapi orang tua tidak mengizinkan karena mungkin perasaanya waktu itu tidak baik, maklumlah saya anak bungsu. Saya yakin perasaan orang tua adalah baik. Saya sudah minta supaya diberi izin buat kuliah di luar negeri. Saya menjelaskan kalau saya di luar negeri saya dapt beasiswa dan dapat mengirimkan uang ke orang tua. Tetapi Ibuku waktu itu mengatakan untuk membahagiakan beliau tidak perlu dengan uang tapi cukup datang ke rumah ketemu beliau. Itu saja, akhirnya mendengar kata-kata Ibuku, saya menangis dan terharu betapa sederhana dan bersahajanya orang tuaku. Alasan lain ibuku adalah waktu itu saya masih sangat muda sehingga belum berani membiarkanku kuliah keluar negeri tetapi tetap menghibur saya bahwa Insya Allah nanti kalau sudah tiba waktunya beliau akan mengizinkan dan ini terbukti setelah lulus S2 dari IPB, ibu sudah mengizinkan kuliah S3 di luar negeri. Waktu itu setelah tidak diberi izin S2 di luar negeri, saya mengatakan bahwa dari dulu saya sudah bercita-cita kuliah keluar negeri, kemudian minta didoakan oleh Ibu, supaya bisa kuliah di luar negeri kelak. Malahan Ibu mendokan saya supaya kelak bisa kuliah di luar negeri dan bisa keliling dunia. Saya sangat senang, walaupun dengan di doakan karena doa orang tua diterima oleh Allah. Ibu dan Ayahku adalah pahlawanku.
Saya menjadi assisten dosen di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 pada beberapa mata kuliah antara lain: Kimia Kayu, Statistika, Anatomi Kayu, Fisika dan Mekanika Kayu, Teknologi Pulp dan Kertas, Hasil Hutan Bukan Kayu, dan Manajemen Industri. Setelah lulus S1 saya perna dua kali lulus beasiswa keluar negeri yaitu ke Jepang dan New Zeeland tetapi orang tua tidak mengizinkan karena mungkin perasaanya waktu itu tidak baik, maklumlah saya anak bungsu. Saya yakin perasaan orang tua adalah baik. Saya sudah minta supaya diberi izin buat kuliah di luar negeri. Saya menjelaskan kalau saya di luar negeri saya dapt beasiswa dan dapat mengirimkan uang ke orang tua. Tetapi Ibuku waktu itu mengatakan untuk membahagiakan beliau tidak perlu dengan uang tapi cukup datang ke rumah ketemu beliau. Itu saja, akhirnya mendengar kata-kata Ibuku, saya menangis dan terharu betapa sederhana dan bersahajanya orang tuaku. Alasan lain ibuku adalah waktu itu saya masih sangat muda sehingga belum berani membiarkanku kuliah keluar negeri tetapi tetap menghibur saya bahwa Insya Allah nanti kalau sudah tiba waktunya beliau akan mengizinkan dan ini terbukti setelah lulus S2 dari IPB, ibu sudah mengizinkan kuliah S3 di luar negeri. Waktu itu setelah tidak diberi izin S2 di luar negeri, saya mengatakan bahwa dari dulu saya sudah bercita-cita kuliah keluar negeri, kemudian minta didoakan oleh Ibu, supaya bisa kuliah di luar negeri kelak. Malahan Ibu mendokan saya supaya kelak bisa kuliah di luar negeri dan bisa keliling dunia. Saya sangat senang, walaupun dengan di doakan karena doa orang tua diterima oleh Allah. Ibu dan Ayahku adalah pahlawanku.