Jumat, 26 September 2008

KONVERSI SATUAN PENGUKURAN

KONVERSI SATUAN PENGUKURAN

Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin


Pernah ditanya 20 feet itu berapa meter? atau 1 psi itu berapa kg/cm3? atau membaca buku yels di mana menggunakan satuan-satuan yang kita sendiri gak pernah dengar? Memang sulit juga karena negara-negara di dunia masih ada yang tidak mengacu kepada Sistem iternasiona yang merupakan standar tentang penggunaan satuan ukuran. Walaupun banyak negara yang menggunakan sistem metrik (Indonesia juga termasuk) tapi ada juga yang menggunakan sistem inggris. Jika sistem metric menggunakan satuan jarak meter/kilometer maka sistem inggris menggunakan yard/mil. Kalau satuan metric menggunakan gram/kilogram untuk berat maka imperial biasa memakai satuan pound. Beberapa negara yang menggunakan satuan Inggris ini adalah Amerika Serikat, dan beberapa negara seperti Liberia (di daerah Afrika barat) dan Myanmar (di asia tenggara). Sebenarnya beberapa negara besar seperti Inggris, Australia, Afrika Selatan, Kanada dan beberapa negara lain di Eropa pernah menggunakan sistem Inggeis, tapi mulai sekitar tahun 1970an berangsur-angsur mengganti standarnya dengan satuan metrik (walau masih ada yang menggunakan sistem Inggris). untuk negara seperti Amerika serikat ini memang ingin membuat standar sendiri dan enggan mengikuti standar yang ada seperti di eropa, ini mungkin karena Amerika menganggap dirinya negara adikuasa yang tidak ingin mengikuti Negara-negara lain. Untuk mengurangi kebingungan dalam mengkonversi satuan tersebut maka berikut ini akan dipaparkan tentang konversi satuan yang sering kita jumpai, dan juga beberapa satuan khusus.
SATUAN PANJANG:
 1 yards = 0,9144 meter = 36 inches
 1 inch = 2,54 centimeters
 1 foot (feet) = 30,48 centimeters = 12 inches
 1 mile = 1,609 kilometers = 5280 feet = 1760 yard
SATUAN BERAT:
 1 kilogram = 2,2046 pounds (lbs) = 35,2739 ounces (oz)
 1 pounds = 453,59 grams
 1 ounce = 28,350 grams
SATUAN VOLUME:
 1 liter = 0,2642 US gallons = 0,2200 imperial gallons = 33,824 fluid ounces
 1 cubic feet = 28,3168 liters = 7,4827 US gallon = 6,2309 imperial gallon
 1 barrel of oil = 158,9873 liter = 42.0123 US gallons = 5,6146 cubic feet
 1 imperial gallon = 4,544 liters = 8 pints = 4 quarts
 1 US gallon = 3,7843 liter = 7,9976 pints = 15,995 cups
 1 liter = 1,761 pints = 0,881 quarts
SATUAN TEKANAN:
 1 bar = 1,0197 Kg/Cm = 0,689 pounds per inch = 14,5 pounds per square inch (psi)
 1 bar = 100 kilopascals = 0,9869 atmospheres (atm)
 1 atmospheres = 1.01325 bar
 1 psi = 0,0690 bar = 0,0703 Kg/Cm (3000 psi = 206,89 bar)
SATUAN KECEPATAN:
 1 kph (kilometer per hour) = 0,6213 mph (mil per hour) = 0,5399 knot
 1 knot = 1,852 kph = 1,151 mph
 1 kph = 0,2778 meter per second = 0,911 feet per second
SATUAN LAIN:
a. Kertas
 24 sheets (lembar) = 1 quire
 20 quires = 1 ream
 10 reams = 1 bale
b. Circular
 60 seconds = 1 minute
 60 minutes = 1 degree
 360 degrees = 1 circumference
 1 degree of the Earth’s surface (1 meridian) = 69.16 miles at the equator
c. Miscellaneous
 12 units = 1 dozen
 12 dozen = 1 gross
 20 units = 1 score
 1 hand = 4 inches
 1 fathom = 6 feet
 1 nautical mile = 6076 feet
 3 nautical miles = 1 league
 1 bushel of potatoes = 60 pounds
 1 barrel of flour = 196 pounds
 1 cubic foot of water (7.48 gallons) = 62.425 pounds
 Atmospheric pressure at sea level = 14.7 pounds per square inch
 13.5 cubic feet of air = 1 pound
d. Infinite (english)
 1 astronomical unit = 93 million miles = 150 million kilometers
 1 light-year = 63225.80645 astronomical units = 5.88 trillion miles = 9.46 trillion kilometers
 1 parsec = 3.26 light-years = 19.1688 trillion miles = 30.8396 trillion kilometers

NOTE: An astronomical unit (AU) is the distance between the Earth and the Sun. A light-year is the distance travelled by a photon, in vacuum, in one year. A parsec is a distance having a PARallax of one SECond of arc, as measured from diametrically opposite points along the Earth’s orbit. Try not to fall off the end of these figures.

AGAMA DAN ILMU

AGAMA DAN ILMU

Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin


Selama abad yang lalu, dan sebagian abad sebelumnya, tersebar luas pendangan bahwa ada pertentangan yang tidak dapat didamaikan antara ilmu dan agama. Pandangan yang dianut oleh tokoh zaman itu adalah bahwa sudah saatnya iman digantikan oleh pengetahuan. Iman yang tidak bersandar pada pengetahuan adalah takhayul, dan karenanya harus ditolak. Menurut konsepsi ini, fungsi saru-satunya pendidikan adalah untuk membuka jalan kepada pemikiran dan manusia, haruslah memnuhi hanya tujuan itu saja.
Memang amat sulit kita temukan –kalaupun ada– sudut pandang rasionalistik yang diungkapkan dalam bentuk sekonyol itu; karena setiap orang yang dapat dengna mudah melihat betapa sepihaknya pernyataan itu. Tetapi kita perlu menyatakan suatu tesis secara tajam dan telanjang sama sekali, jika ingin mengetahui hakikat sejatinya.
Adalah benar bahwa keyakinan hanya dapar didukung dengan baik oleh pangalaman dan pikiran jernih. Pada titik ini, kita mesti bersepakat sepenuhnya dengan kaum rasionalis ekstrim. Bagaimanapun, titik lemah ini adalah bahwa keyakinan tersebut –yang amat penting dan menentukan perilakku dan penilaian kita–tak dapat ditemukan hanya pada wilayah ilmu yang ketat ini.
Ini disebabkan metode ilmiah tidak dapat mengajarkan apa pun tentang bagaimana fakta-fakra berhubungan, dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Pengahargaan kepada pengetahuan objektif harus diberikan kepada orang-orang dengan kemampuan tertinggi yang mengembangkannya, dan saya harap Anda tidak menuduh saya ingin mengecilkan pencapaian-pencapaian dan usaha-usaha heroik dari orang-orang yang bergiat di bidang ini. Namun, sama jelasnua adalah bahwa pengetahuan tentang apa yang sebenarnya tidaklah langsung membukakan pintu bagi apa yang seharusnya. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan yang paling lengkap dasn paling jelas tentang apa sebenarnya, tetapi tidak mampu meyimpulkan darinya suatu tujuan dari aspirasi kemanusiaan kita.
Pengetahuan objektif melengkapi kita dengan alat ampuh untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, tetapi tujuan puncak itu sendiri dan rasa rintu untuk mencapainya harus datang dari sumber lain. Dan hampir tidak perlu memperdebatkan pandangan bahwa kemaujudan dan aktivitas kita memperoleh makna hanya dengan penetapan tujuan seperti itu dan nilai-nilai yang berhubungan dengannya. Pengetahuan tentang kebenaran seperti apa adanya adalah menakjubkan, tetapi hanya sedikit perannya sebagai pembimbing, karena bahkan pengetahuan itu sendiri tak dapat mebuktikan konsepsi yang murni rasional dari kemajuan kita.Tetapi kita juga tidak dapat mengasumsikan bahwa pemikiran akal tidak dapat berperan sama sekali dalam pembentukan tujuan dan penilaian etis.
Ketika seseorang menyadari bahwa untuk mencapai suatu tujuan diperlukan suatu cara, di situ cara itu sendiri sudah menjadi tujuan. Meskipun demikian, berpikir semata tidak dapat suatu kepekaan atau rasa akan tujuan akhir. Bagi saya, inilah tampaknya peranan terpentung yang harus dimainkan oleh agama dalam kehidupan sosial manusia. Yaitu, untuk memperjelas tujuan dan penilaian fundamental ini, dan untuk menancapkannya dalam kehidupan emosional manusia. Dan jika ada yang bertanya, dari otoritas mena kita mesti mendapatkan tujuan fundamental ini –karena tujuan itu tidak dapat dinyatakan dan dijastifikasi hanya oleh nalar–maka jawabannya adalah: tujuan tesebutmajud dalam masyarakat yang seharusnya sebagai tradisi yang kuat, yang mempengaruhi perilaku, harapan-harapan, dan penilaian anggotanya; tujuan iru ada disana, yaitu, sesuatu yang hidup, tanpa merasa perlu menemukan jastifikasi bagi keberadaannya. Tujuan-tujuan itu meujud tanpa melalui pembuktian atau demonstrasi, tetapi melalui semacam pewahyuan, dengan perantaraan pribadi-pribadi tangguh. Tak perlu menjastifikasinya, tetapi yang penting adalah merasakan hakikatnya, secara sederhana dan jernih.
Kini, meskipun wilayah agama dan ilmu masing-masing sudah saling membatasi dengan jelas, bagaimanapun ada hubungan dan ketergantungan timbal balik yang amat kuat di antara keduanya. Meskipun agama adalah yang menentukan tujuan, tetapi dia telah belajar dalam arti yang paling luas, dari ilmu, tentang cara-cara apa yang akan menyumbang pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya. Dan ilmuhanya dapat diciptakan oleh mereka yang telah teri-lhami oleh aspirasi terhadap kebenaran dan pemahaman. Sumber perasaan ini, tumbuh dari wilayah agama. Termasuk juga disisni adalah kepercayaan akan kemungkinan bahwa pengaturan yang absah bagi dunia kemaujudan ini bersifat rasional, yaitu dapat dipahami nalar. Saya tak dapat percaya ada ilmuwan yang tidak memiliki kepercayaan tersebut. Keadaan ini dapat diungkapkan dengan suatu citra ; ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta.
Meskipun saya sudah menyatakan di atas bahwa sesungguhnya tak boleh ada pertentangan antara ilmu dan agama, saya mesti menekankan sekali lagi peryataan itu pada titik yang esensial, dengan mengacu kepada kandungan aktual agama-agama dalam sejarah. Pembahasan ini berhubungan dengan konsep Tuhan.
Semua yang dilakukan dan dipikirkan manusia adalah berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang amat dirasakannyadan usaha menghindari perasaan tidak enak. Ini harus tetap diingat jika kita akan memahami gerakan-gerakan spritual dan perkembangannya.Perasaan dan keinginan adalah kekuatan pendorong segala upaya dan kreasi manusia, betapapun tersamarnya ia menampakkan diri kepadakita.
Kini, perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhan apakah yang telah membawa manusia kepada pemikiran dan keyakinan religius dalam artinya yang paling luas? Pengamatan sepintas saja sudah cukup menunjukkan kepada kita bahwa pemikiran dan pengalaman religius dilahirkan oleh perasaan-perasaan yang amat beragam.
Bagi orang primitif, rasa takutlah, diatas segalanya, yang menimbulkan gagasan religius-takut lapar, binatang buas, sakit, dan mati. Karena pada tingkat kemaujudan ini pemahaman akan berhubungan sebab-akibat biasanya tak cukup berkembang, maka akal manusia menciptakan wujud-wujud khayali yang sedikit banyak berfungsi sebagai bagian bagian dari hubungan sebab-akibat : peristiwa-peristiwa menakutkan terjadi sebagai akibat kehendak dan perbuatan wujud-wujud khayali tersebut. Dengan demikian, seseorang berusaha memenuhi keinginan wujud-wujud itu denagan menyajikan kuraban-kurban dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang- menurut tradisi yang diteruskan secara turun temurun ke tiap generasi-bertujuan mendamaikan wujud-wujud itu atau membuat mereka bersikap baik kepada manusia. Di sini saya sedang berbicara tentang agama-takut.
Agama ini adalah suatu tahap penting yang, meskipun tak diciptakan, diteguhkan oleh pembentukan suatu kelompok kependetaan istimewa yang meletakkan dirinya sebagai perantara antara manusia dengan wujud-wujud yang mereka takuti itu, dan kasta ini membangun kekuasaan diatas dasar ini. Seringkali seorang pemimpin, penguasa, atau suatu golongan privilese, yang mendapatkan posisisnya karena faktor-faktor lain, mengkombinasikannya dengan fungsi kependetaan agar otoritas sekularnya itu dapat lebih aman terjamin. Atau, para penguasa politik dan kelompok kependetaan bekerja sama demi kepengtingan masing-masing.
Desakan-desakan sosial adalah sumber lain dari terbentuknya suatu agama. Bapak, ibu, danpara pemimpin masyarakat makhluk-makhluk yang fana dan dapat berbuat salah. Kebutuhan mereka akan perlindungan, kasih sayang dan dukungan mendorong manusia untuk membuat konsepsi sosial, atau moral tentang Tuhan. Inilah Tuhan sang Pemelihara yang melindungi, memberi kepastian, memberi ganjaran, dan menghukum ; Tuhan yang- sesuai denag batas pandangan orang yang percaya- mencintai dan memuliakan kehidupan suatu suku atau kehidupan umat manusia, atau bahkan kehidupan itu sendiri ; Tuhan yang menjadi penghibur dalam penderitaan dan dalam keinginan yang tak terpuasi ; dialah yang memelihara jiwa-jiwa orang yang telah mati. Inilah konsepsi sosial atau moral tentang Tuhan. Kitab suci agama Yahudi dengan menarik meggambarkan perkembangan dari agama-takut ke agama-moral ini – sebuah perkembangan yang berlanjut dalam Perjanjian Baru. Agama bangsa-bangsa beradab, khususnya bangsa-bangsa Timur, pada pokoknya adalah agama moral. Perkembangan dari agama-takut ke agama-moral adalah satu langkah besar dalam kehidupan umat manusia. Namun, kita tetap harus mewaspadai prasangka bahwa agama primitif didasarkan sepenuhnya pada rasa takut, dan agama bangsa beradab sepenuhnya pada moralitas. Yang benar adalah bahwa semua agama merupakan campuran yang beragam dari kedua tipe tersebut, dengan satu perbedaan: pada tingkat kehidupan sosial yang lebih tinggi, agama moralitas lebih menonjol.
Satu hal yang ada pada semua tipe ini adalah watak antropomorfis dalam konsepsi tentang Tuhan. Pada umumnya, hanyalah orang-orang yang mempunyai bakat istimewa dan yang cerdas, yang merupakan perkecualian, yang dapat naik sampai ke suatu tingkat jauh di atas tingkat ini. Tetapi, ada tingkat ketiga dari pengalaman religius yang ada pada semua tipe tersebut, meskipun jarang ditemukan dalam bentuknya yang murni: saya menyebutnya dengan "perasaan religius-kosmik". Sangatlah sulit menjelaskan perasaan ini kepada orang yang sama sekali tak memilikinya, khususnya karena tidak ada konsepsi antropomorfis tentang Tuhan yang berhubungan dengan perasaan itu.
Orang itu merasakan betapa sia-sianya keinginan dan tujuan manusia, dan merasakan kelembutan dan ketertiban yang menakjubkan yang mengungkapkan dirinya dalam alam dan dunia pemikiran. Kemaujudan Individual hanya terkesan sebagai semacam penjara dan ia mengalami alam semesta sebagai suatu keseluruhan tunggal yang bermakna. Awal perasaan religius-kosmik sudah muncul pada tingkat awal perkembangan, sebagai contoh, dalam banyak Kitab Zabur Nabi Dawud dan pada beberapa Nabi. Agama Budha seperti yang kita pelajari, terutama dari tulisan-tulisan Schopenhauer, berisi unsur yang lebih kuat dari perasaan tersebut.
Para jenius religius dari segala zaman dibedakan oleh perasaan religius semacam ini, yang tidak mengenal dogma dan konsepsi Tuhan dalam bentukan citra manusia; maka tak akan ada gereja yang ajaran-ajaran utamanya didasarkan pada hal tersebut. Karenanya, kita menemukan orang-orang yang penuh dengan perasaan religius tertinggi ini hanya diantara para heretik (yang dianggap melakukan bid’ah-bid’ah) di setiap zaman; dan dalam banyak hal mereka dipandang oleh orang-orang sezamannya sebagai orang ateis, kadang-kadang juga sebagai santo (wali). Dari sudut pandang ini, orang-orang seperti Demokritos, Francis Assisi, dan Spinoza, sangat mirip satu dengan lainnya.
Bagaimana mungkin perasaan religius-kosmik dikomunikasikan kepada orang lain, kalau perasaan itu memunculkan tak satupun gagasan yang mutlak tentang Tuhan, dan memunculkan tak satu pun teologi? Dalam pandangan saya, inilah fungsi terpenting seni dan ilmu, yaitu, untuk membangkitkan perasaan ini dan memeliharanya agar tetap hidup pada orang-orang yang dapat menerimanya.
Dengan demikian, kini kita sampai kepada suatu konsepsi yang sangat berbeda dari biasanya tentang hubungan antara ilmu dan agama. Jika seseorang melihat masalah ini secara historis, ia akan cenderung untuk melihat ilmu dan agama sebagai dua hal yang saling berlawanan yang tak dapat didamaikan – dan ada alasan yang jelas untuk ini.
Manusia Religius
Selama periode awal evolusi spritual umat manusia, khayalan manusia telah menciptakan Tuhan-Tuhan dalam citra manusia sendiri, yang – dengan berlangsungnya kehendak mereka – ingin menentukan, atau paling tidak mempengaruhi sampai tingkat tertentu, dunia fenomenal. Manusia berusaha mengubah ketentuan Tuhan-Tuhan ini untuk kebaikan mereka sendiri dengan cara magis dan penyembahan. Gagasan Tuhan pada saat ini adalah penghalusan dari konsep lama tentang Tuhan-Tuhan. Sifat antropomorfisnya tampak, misalnya, pada kenyataan bahwa manusia memuja Wujud Ilahiah dalam sembahyang-sembahyangnya, dan memohon dipenuhinya keinginan-keinginan mereka.

Sudah pasti, tak seorang pun akan menolak gagasan adanya suatu Tuhan personal yang mahakuasa, adil, dan maha pemurah dapat menjadi pelipur lara, pemberi bantuan dan pembimbing manusia; juga, disebabkan sederhananya gagasan itu, ia dapat dipahami oleh orang yang pikirannya paling lemah sekalipun. Tapi, di pihak lain, ada kelemahan yang amat penting dalam gagasan antropomorfis ini sendiri, yang terasa amat menyakitkan sejak permulaan sejarah. Yaitu bahwa jika Wujud ini mahakuasa, maka setiap peristiwa, termasuk setiap perbuatan manusia, setiap pikiran manusia, dan setiap perasaan dan aspirasi manusia adalah juga karya-Nya; bagaimana mungkin kita berpendapat bahwa manusia bertanggung jawab atas semua perbuatannya dan pemikirannya di depan Wujud mahakuasa seperti itu? Dalam memberikan hukuman dan ganjaran, Ia akan melewati penilaian terhadap Diri-Nya sendiri. Bagamana ini dapat dikombinasikan dengan kebaikan dan kemurahan yang menjadi sifat-Nya? Sumber utama dari pertentangan masa ini antara ilmu dan agama terletak pada konsep Tuhan yang personal ini.
Orang yang yakin sepenuhnya pada berlakunya hukum sebab akibat secara unuversal, tak akan bisa menganut suatu gagasan tentang satu wujud yang ikut campur dalam terjadinya peristiwa-peristiwa tentunya, dengan syarat ia memperlakukan hipotesis sebab-akibat itu secara serius. Ia tidak butuh lagi agama-takut, begitu juga agama-moral. Suatu Tuhan yang memberi ganjaran dan menghukum, tidak dapat lagi dipahaminya, karena alasan sederhana bahwa segala perbuatan manusia sudah ditentukan harus dilakukan, sehingga di mata Tuhan ia tak dapat bertanggung jawab – persis sama sebagaimana halnya suatu benda mati tak bertanggung jawab atas gerakan-gerakan yang dijalaninya. Demikianlah, maka ilmu telah dituduh menghancurkan moralitas, tapi tuduhan itu tidaklah adil. Perilaku etis manusia harus didasarkan secara efektif pada simpati, pendidikan, hubungan sosial, dan kebutuhan-kebutuhan; tak diperlukan dasar agama. Manusia pasti akan menjadi miskin kalau ia harus dikekang oleh perasaan takut akan hukuman dan harapan akan ganjaran setelah mati.
Maka, mudah Kita pahami mengapa gereja selalu memerangi ilmu dan mendukung para pendukungnya, di pihak lain perasaan religius kosmik merupakan motif paling kuat dan mulia bagi penelitian keilmuan. Hanya mereka yang mengerti usaha yang luar biasa dan pengabdian yang telah mewujudkan semua karya pionir dalam ilmu teoritis, yang dapat menangkap kekuatan emosi yang karenanya karya-karya tersebut - yang begitu jauh dari kenyataan hidup sehari-hari dapat tercipta.
Betapa dalamnya keyakinan tentang rasionalitas alam semesta, dan betapa kuatnya dorongan untuk memahami yang pasti dimiliki Kopler dan Newton sehingga mereka dapat bertahan dalam kerja sunyinya yan bertahun tahun untuk menguraukan prinsip-prinsip mekanik alam semesta. Mereka yang pengalamannya dalam penelitian keilmuan didapat dari terutama hasil-hasil praktisnya dengan mudah mengembangkan gagasan yang sama sekali salah tentang mentalitas manusia yang – dalam lingkungan alam skeptis – telah menunjukkan dalam sesamanya suatu semangat yang terserak keseluruh dunia dan sepanjang masa. Hanya sesoran yang mengabdikan hidupnya yang gambkang dengan apa yang telah mengilhami orang-orang itu dan yang memberi mereka kekuatan untuk tetap setia kepada tujuan-tujuan mereka, meski mengalami kegagalan-kagagalan yang tak terhitung adalah perasaan religius-kosmik yang memberi seseorang kekuatan semacam itu. Seorang dari zaman kita telah mengatakan bahwa yang materialistik ini hanyalah pekerja ilmu yang serius yang benar –benar merupakan orang religius.

KOALISI POLITIK VS KOALISI FIGUR

KOALISI POLITIK VS KOALISI FIGUR

Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin


Dalam dunia politik koalisi politik ideal ditandai oleh beberapa indikator. Pertama, pola koalisi dibangun berdasarkan platform partai yang jelas, rasional, objektif, dan kredibel. Para pemimpin partai menggunakan platform sebagai alat komunikasi utama ketika berhadapan dengan konstituen atau kontestan partai lainnya. Sebaliknya koalisi figuratif lebih dilandasi oleh kepentingan subjektif sesaat para tokoh, "politik dagang sapi", barter kue kekuasaan yang semuanya sering mengorbankan konsistensi platform partai dan kepentingan konstituennya.
Kedua, karena dalam koalisi politik masing-masing partai menggunakan platform sebagai alat komunikasi maka kerja sama yang dibangun di antara mereka akan bersifat objektif, memiliki kejelasan pola, transparan dan berorientasi pada aspek kekaryaan (zaken). Sehingga, konstituen akan mudah memahami tawaran politik yang bersifat real, terbuka dan strategis dari setiap kandidat yang akan dipilih. Sebaliknya dalam koalisi figuratif deal-deal politik disembunyikan oleh masing-masing tokoh. Masing-masing tokoh memiliki agenda tersembunyi yang tidak diketahui tokoh lain serta publik konstituen. Bahkan, dalam satu partai yang sama terkadang ada tokoh lain yang melakukan deal politik berbeda dengan tokoh utamanya. Deal-deal politik dalam satu partai pun kadang berlapis dengan masing-masing bertujuan tidak jelas. Lebih parah pola koalisi juga menyebar tanpa struktur. Hasilnya adalah rumor politik yang ekskalasinya makin panas dan meningkat menjelang pemilihan presiden. Hal ini akan memproduksi konjungtur politik nasional yang amat berbahaya, karena proses dan arah politik sulit diprediksi. Kalau keadaan menjadi eksesif, kekacauan akan dituai publik pada akhirnya.
Ketiga, karena pemilu adalah kontrak politik antara partai dan konstituen, maka koalisi politik bertujuan untuk "menyelamatkan" aspirasi konstituen serta platform partai agar terwadahi dalam format kebijakan politik pemerintah di masa mendatang. Koalisi politik mensubordinasi kepentingan tokoh di bawah kepentingan partai. Sebaliknya saat ini yang tampak adalah para tokoh mensubordinasi partai sebagai "kuda tunggang" untuk meraih posisi politik tertentu dengan mengorbankan kepentingan internal partai maupun konstituen. Tak heran beberapa partai pecah, para eksponen yang kritis keluar serta massa menjadi apatis, kecewa, tidak percaya dan sebagian bahkan marah terhadap para elite partai. Keapatisan massa sudah dirasakan dalam Pemilu 2004 yang dirasa kurang "meriah", karena partai-partai gagal memobilisasi pendukungnya.
Keempat, dalam koalisi politik, meski masih ada muatan parokialisme (kepentingan golongan dan partai), perebutan ruang publik (jabatan presiden, gubernur atau bupati, misalkan) tetap berbasis pada pertimbangan objektif-rasional sebagai muara dari transparasi program atau komunikasi yang menyertainya. Sebaliknya dalam koalisi figuratif proses privatisasi dan subjektifikasi politik menjadi dominan. Pola-pola komunikasi yang bersifat tertutup menyeret rivalitas, kerja sama, target, kekalahan-kemenangan politik menjadi wilayah privat. Politik dibangun atas dasar perkoncoan dan clientelisme. Politik bukan lagi wilayah publik, namun menjadi persoalan personal hubungan antartokoh. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan rakyat karena peluang terjadi manipulasi amat besar.
Kelima, karena bersifat subjektif maka hubungan antartokoh dalam koalisi figuratif sangat rapuh dan berjangka pendek, tergantung arah angin kepentingan sesaat yang melingkupinya. Kasus Amien Rais dengan Poros Tengah-nya (1999) menjadi bukti kerja sama yang dibangun atas dasar sentimen religi hanya bertahan dua tahun disertai bea constitutional chaos dengan mundurnya Gus Dur sebagai presiden. Kalau situasi koalisi figuratif dilembagakan dan bahkan disuburkan, jangan kaget, ketidakpastian dan kekacauan politik baru akan menyongsong Indonesia satu-dua tahun mendatang.
Jadi tegasnya, semua manufer tokoh yang saling bertemu membangun koalisi (katanya) dan terekam di media sampai saat ini, sesungguhnya belum sampai pada tataran koalisi politik, namun sekadar koalisi figuratif. Para tokoh mencoba "merangkai kemungkinan" menduduki jabatan presiden, tanpa disertai upaya transparansi tentang hal-hal imperatif yang dapat "dikoalisikan" antarmereka. Judul pertemuan mereka menjadi amat klasik dan penuh eufisme: "silaturahmi". Sayangnya, semua basa-basi politik ini akan amat berbahaya dan menjadi tidak produktif karena bangsa Indonesia sesungguhnya lebih memerlukan koalisi kultural dari sekadar koalisi politik, apalagi koalisi figuratif yang baru marak kini.

PRINSIP KAUSALITAS ADALAH HUKUM DASAR ALAM

PRINSIP KAUSALITAS ADALAH HUKUM DASAR ALAM

Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin


Ketika Newton melihat apel jatuh, konon, ia berfikir mestinya ada sesuatu yang mewujudkan jatuhnya apel. Ini-lah yang meniscayakan adanya gravitasi dalam fisika. Ketika Mendell melihat keteraturan sifat - sifat hereditas, ia berfikir mestinya ada sesuatu yang mewujudkan keteraturan sifat - sifat hereditas. Keyakinan ini menumbuhkan teori genetika. Prinsip kausalitas berbunyi, "Segala sesuatu membutuhkan sebab untuk meng - ada, kecuali keberadaan itu sendiri." Sifat penting kausalitas pertama adalah keselarasan; yaitu satu sebab yang sama akan menghasilkan akibat yang sama. Selain itu adalah sifat kesemasaan sebab dan akibat, serta sifat relasi eksistensial antara sebab dan akibat.
Tanpa menerima prinsip kausalitas sebagai hukum dasar alam, yang merupakan salah satu dari the very properties of being, tidak mungkin kita meniscayakan satu hukum apa pun yang bersifat umum bagi alam. Dan dia bukanlah merupakan hasil "korespondensi" atau "penghubung-hubungan" yang dilakukan oleh rasio manusia berdasarkan pengalaman inderawinya, sebagai-mana yang dikatakan oleh sebagian orang. Karena bahkan semua pengalaman inderawi kehilangan maknanya, bahkan seluruh alam materi tidak bisa ditahkik keberadaannya tanpa menerima prinsip kausalitas dulu sebelumnya. Dan bagaimana mungkin sebagian orang tersebut menjelaskan adanya hal - hal yang berkorespondesi secara berulang - ulang tapi tidak diyakini mempunyai hubungan kausalitas. Misalnya sesudah malam datanglah siang dan sesudah siang datanglah malam. Kenapa tidak ada seorangpun yang berfikir bahwa siang adalah penyebab malam dan malam adalah penyebab siang? Maka, mestilah diterima ke - obyektif - an prinsip kausalitas, dan meyakini bahwa prinsip ini bukanlah prinsip psikologis saja. Sehingga dengan mata kausalitas mestilah diterima adanya penyebab seluruh alam materi ini, yang pasti bukanlah alam materi itu sendiri, atau sebagian darinya, karena materi bukanlah keberadaan sehingga mesti selalu memerlukan sebab untuk mengada.
Sungguh ini adalah merupakan bukti yang terang tentang adanya alam immaterial, yang sebagian orang menyebutnya alam spiritual atau alam intelligebles. Sebagaimana para fisikawan meyakini eksistensi elektron? Atau lebih terang lagi?

SEBUAH DILEMA: KERUSAKAN HUTAN AKIBAT ORANG MISKIN ATAU ORANG KAYA?

SEBUAH DILEMA: KERUSAKAN HUTAN AKIBAT ORANG
MISKIN ATAU ORANG KAYA?


Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin

The greatest threat to the equilibrium of the environment comes from the way the economy is organized... ever increasing growth and accumulation
(Ravaioli, 1995: 4)


1. Jika hutan kita menjadi gundul atau terbakar, sehingga lingkungan hidup kita rusak, siapa biang keladinya? Penduduk miskin di hutan-hutan dan sekitar hutan menebang hutan negara untuk memperoleh penghasilan untuk makan. Tetapi kayu-kayu yang diperolehnya ditampung calo-calo untuk dijual, dan kemudian dijual lagi untuk ekspor, yang semuanya “demi keuntungan”. Siapa yang paling bersalah dalam proses perusakan lingkungan ini? Yang jelas tidak adil adalah kalau yang disalahkan hanya orang-orang miskin saja, sedangkan orang-orang kaya adalah “pahlawan pembangunan”.
2. Apabila dikatakan penduduk miskin terbiasa ... “membuang kotoran manusia secara sembarangan yang akan berakibat pada terjangkitnya diare ...” atau “penduduk miskin hanya menekankan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup, dan mereka cenderung mengabaikan pemeliharaan lingkungan sekitar”, kiranya pernyataan ini juga tidak adil. Pemenuhan kebutuhan pokok penduduk miskin bukan masalah “hanya”, tetapi “mutlak” harus dipenuhi untuk hidup. Penduduk miskin tidak memperhatikan lingkungan hidup sekitarnya bukanlah karena mereka tidak peduli, tetapi karena mereka melakukannya dengan terpaksa.
3. Agar adil kita harus mengakui bahwa kerusakan lingkungan khususnya hutan, disebabkan para pemodal yang haus keuntungan, “memesan” kayu dalam jumlah besar sebagai bahan baku industri yang memang permintaannya sangat besar pula. Akumulasi keuntungan dan kekayaan yang tidak mengenal batas harus dianggap sebagai penyebab utama kerusakan/pengrusakan hutan, bukan karena orang-orang miskin banyak yang merusak hutan. Maka untuk menjamin terjadinya pembangunan yang berkelanjutan kita harus menghentikan keserakahan orang-orang kaya. Adalah sangat keliru ilmu ekonomi justru memuja “keserakahan”.
4. Perkembangan pedagang kaki lima (PKL) yang tumbuh menjamur dimana-mana, yang dianggap merusak lingkungan karena mengotori jalan dan mengganggu ketertiban, juga tidak mungkin ditimpakan kesalahannya pada PKL karena pekerjaan itulah satu-satunya “mata pencaharian” yang dapat dilakukan dalam kondisi kepepet. Ia menggunakan modal sendiri dengan resiko usaha ditanggung sendiri, tidak ada subsidi apapun dar pemerintah, dan memang ada pembeli terhadap barang/jasa yang ditawarkannya. Jadi dalam hal ini lingkungan yang rusak harus diselamatkan melalui upaya-upaya “pencegahan” munculnya PKL, bukan dengan “menggusurnya” setelah berkembang. PKL bukan “masalah” tetapi ”pemecahan” masalah kemiskinan.
5. Kesimpulan kita, pendekatan terhadap masalah “pengurangan kemiskinan dan pengelolaan lingkungan” atau sebaliknya terhadap “pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan strategi penanggulangan kemiskinan” selama ini kiranya salah dan tidak adil, karena melihat kemiskinan sebagai fakta tanpa mempelajari sumber-sumber dan sebab-sebab kemiskinan itu. Akan lebih baik dan lebih adil jika para peneliti memberi perhatian lebih besar pada sistem ekonomi yang bersifat “serakah” dalam eksploitasi SDA, yaitu sistem ekonomi kapitalis liberal yang berkembang di Barat, dan merajalela sejak jaman penjajahan sampai era globalisasi masa kini. Sistem ekonomi yang tepat bagi Indonesia adalah sistem ekonomi pasar yang populis dan mengacu pada ideologi Pancasila dengan lima cirinya sebagai berikut:
(1) Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral;
(2) Ada kehendak kuat warga masyarakat untuk mewujudkan kemerataan sosial yaitu tidak membiarkan terjadinya dan berkembangnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial;
(3) Semangat nasionalisme ekonomi; dalam era globalisasi makin jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan mandiri;
(4) Demokrasi Ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan; koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan masyarakat;
(5) Keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil, antara perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas, dan bertanggung jawab, menuju pewujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

UPAYA MENCEGAH PERILAKU SEKS BEBAS DI KALANGAN REMAJA

UPAYA MENCEGAH PERILAKU SEKS BEBAS DI KALANGAN REMAJA

Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin


Hingga Maret 2007 ada 8.988 kasus AIDS di Indonesia. Yang mengejutkan, 57 persen kasus terjadi di usia remaja, yakni 15 tahun hingga 29 tahun. Data ini menunjukkan bahwa permasalahan remaja kita saat ini merupakan persoalan yang sangat serius. Jika permasalahan remaja yang ada di negari ini tidak dikurangi dan diselesaikan dengan cepat maka dapat menyebabkan hancurnya tatanan bangsa di masa depan.
Sebagai makhuk yang mempunyai sifat egoisme yang tinggi maka remaja mempunyai pribadi yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan di luar dirinya akibat dari rasa keingintahuan yang sangat tinggi. Tanpa adanya bimbingan maka remaja ini dapat melakukan perilaku menyimpang seperti seks bebas. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan/penerangan yang benar mengenai kebutuhan pengetahuan tersebut pada remaja. Sehingga, mereka tidak mengambil langkah salah dan merugikan dirinya dikemudian hari. Mereka memerlukan penyuluhan dan bimbingan yang terarah melalui sekolah, media massa (koran, majalah, TV, pendidikan, ulama, dan orang tua).
Perhatian orang tua diharapkan dapat dilakukan seefektif mungkin dalam membina putra-putrinya. Situasi yang berkembang di masyarakat, tentang dampak pergaulan bebas dikalangan remaja sekarang ini menghadapkan masyarakat, terutama para pendidik kepada sebuah dilema yang kuntroversial. Beberapa saran yang bisa disampaikan yaitu:
1. Bagi orang tua hendaknya meningkatkan kewaspadaan dan bimbingannya kepada putra-putrinya, dengan melakukan komunikasi seefektif mungkin.
2. Perlu adanya suasan keterbukaan antara,orang tua dan anak atau guru dan murid.
3. Bersikapklah kritis terhadap anak.
4. Pembinaan dari para alim ulama dan tokoh-tokoh masyarakat lebih ditingkatkan.
5. Menambah kegiatan yang positif di luar jam sekolah, misalnya kegiatan olahraga, kesenian, koperasi, wiraswasta.
6. Perlu dikembangkan model pembinaan remaja yang meliputi seks, PMS, KB dan kegiatan lain yang berhubungan dengan reproduksi sehat, informasi yang terarah baik secara formal maupun informal.
7. Perlu adanya wadah untuk menampung permasalahan reproduksi remaja yang sesuai dengan kebutuhan remaja.
8. Perlu adanya sikap tegas dari pemerintah dalam mengambil tindakan terhadap pelaku seks bebas.

READ AND THINK: KASIH SAYANG IBU

READ AND THINK: KASIH SAYANG IBU

Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin

“Jika ibu masih ada, sayangi dia. Jika telah meninggal, ingatlah kasih dan sayangnya.
Sayangilah ibu karena kita semua hanya mempunyai
seorang ibu kandung”

 Ketika berusia setahun, ibu suapkan makanan dan mandikan kita. Cara kita ucapkan terima kasih kepadanya hanyalah dengan menangis sepanjang malam
 Apabila berusia 2 tahun, ibu mengajar kita bermain, kita ucapkan
terima kasih dengan lari sambil ketawa terkekeh-kekeh apabila dipanggil.
 Menjelang usia kita 3 tahun, ibu menyediakan makanan dengan penuh rasa kasih sayang, kita ucapkan terima kasih dengan menumpahkan makanan ke lantai.
 Ketika berusia 4 tahun, ibu membelikan sekotak pensil warna, kita
ucapkan terima kasih dengan menconteng dinding.
 Berusia 5 tahun, ibu membelikan sepasang pakaian baru, kita ucapkan terima kasih dengan bergolek-golek dalam di halaman.
 Setelah berusia 6 tahun, ibu menuntun tangan kita ke sekolah, kita
ucapkan terima kasih dengan menjerit : "tidak mau! "tidak mau!
 Apabila berusia 7 tahun, ibu belikan sebuah bola. Cara mengucapkan
terima kasih ialah kita pecahkan cermin rumah.
 Menjelang usia 8 tahun, ibu belikan es krim, kita ucapkan terima
kasih dengan mengotorkan pakaian ibu.
 Ketika berusia 9 tahun, ibu mengantar ke sekolah, kita ucapkan
terima kasih kepadanya dengan merusak kelas.
 Berusia 10 tahun ibu menghabiskan masa sehari suntuk menemani kita ke mana saja, kita ucapkan terima kasih dengan tidak bertegur sapa dengannya.
 Berusia 11 tahun, ibu menyuruh kita pergi ke mesjid, kita ucapkan terima kasih dengan pergi menonton televisi.
 Apabila berusia 12 tahun, ibu menyuruh mengerjakan tugas sekolah, kita
ucapkan terima kasih dengan pergi main bola.
 Menjelang usia 13 tahun, ibu suruh pakai pakaian yang menutup
aurat, kita ucapkan terima kasih kepadanya dengan memberitahu bahawa pakaian itu tidak sesuai zaman sekarang.
 Ketika berusia 14 tahun, ibu terpaksa mengikat perut untuk membayar uang sekolah dan asrama, kita ucapkan terima kasih kepadanya dengan tidak menulis sepucuk surat pun.
 Berusia 15 tahun, ibu pulang dari kerja dan rindukan pelukan
dan ciuman, kita ucapkan terima kasih dengan mengunci pintu kamar.
 Menjelang usia 18 tahun, ibu menangis gembira apabila mendapat tahu kita diterima masuk ke universitas, kita ucapkan terima kasih kepadanya dengan bersuka ria bersama kawan-kawan.
 Ketika berusia 19 tahun, ibu bersusah payah membayar iuran
pengajian, mengantar ke kampus dan mengheret tasbesar ke asrama, kita hanya ucapkan selamat jalan pada ibu di luar asrama karena malu dengan kawan-kawan.
 Berusia 20 tahun, ibu bertanya sama ada kita ada teman istemewa,
kita ucapkan, "?itu bukan urusan ibu."
 Setelah berusia 21 tahun, ibu coba memberikan pandangan mengenai pekerjaan, kita ucapkan, "saya tak mau jadi seperti ibu."
 Apabila berusia 22-23 tahun, ibu membelikan perabot untuk rumah
kita. Di belakang ibu kita katakan pada kawan-kawan?. "perabot pilihan ibku tak cantik, akuuu tak berkenan!
 Menjelang usia 24 tahun, ibu bertemu dengan bakal menantunya dan bertanyakan mengenai rencana masa depan, kita merenguek, "ibuuu, tooooolonglahhh?."
 Ketika berusia 25 tahun, ibu bersusah payah menanggung perbelanjaan pernikahan kita. Ibu menangis dan memberitahu betapa dia sangat sayangkan kita tapi kita ucapkan terima kasih kepadanya dengan berpindah jauh.
 Pada usia 30 tahun, ibu menelefon memberi nasihat dan petua
mengenai penjagaan bayi, kita dengan megah berkata, "?itu dulu, sekarang zaman modern."
 Ketika berusia 40 tahun, ibu menelefon mengingatkan mengenai
pesta di kampung, kita berkata, "kami sibuk, tak ada waktu datang."
 Apabila berusia 50 tahun, ibu jatuh sakit dan meminta kita
menjaganya, kita bercerita mengenai kesibukan dan kisah-kisah ibu bapa yang menjadi beban kepada anak-anak.
 Dan kemudian suatu hari, kita mendapat berita ibu meninggal! Kabar itu bagaikan petir! Dalam lelehan air mata, barulah segala perbuatan kita terhadap ibu menerpa satu persatu.

RAYAP TANAH: SERANGGA PERUSAK KAYU

RAYAP TANAH: SERANGGA PERUSAK KAYU

Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin


Salah satu makhluk hidup yang banyak merusak kayu adalah rayap. Rayap tanah merusak kayu karena membuat saluran dan terowongan dalam kayu pada bangunan rumah. Di samping membuat saluran, rayap ini bahkan sering memakan kayu kering yang sehat. Bangunan rumah yang diserang bukan hanya yang terletak di dekat sarangnya yang lembab, melainkan juga yang berada di tempat yang relatif jauh dari serangan rayap. Saluran tertutup ini disebut liang kembara, dibuat menuju ke tempat lain yang tersedia kayu sebagai bahan makannya. Saluran tertutup merupakan jalan menuju ke tempat kayu berada. Selain itu, saluran ini juga merupakan jalan untuk kembali dari kayu yang diserang menuju ke sarangnya. Rayap tanah sering kembali ke sarang untuk memulihkan kelembaban diri dari kekeringan yang melandanya. Kisaran suhu yang disukai rayap adalah 21,1 - 26,67oC dan kelembaban optimal 95- 98%. Itulah sebabnya negara Indonesia merupakan tempat tinggal yang baik bagi perkembangan rayap karena suhu udaranya berkisar antara 25,7 - 28,9oC dan kelembaban berkisar antara 84 - 98%. Pada kondisi ideal, satu koloni rayap yang memiliki 60.000 rayap pekerja akan mengkomsumsi habis kayu pinus sepanjang 40 cm berukuran 2 cm x 4 cm selama 118 - 157 hari. Itulah sebabnya, rayap mampu menimbulkan kerusakan cukup besar pada struktur bangunan gedung dalam kurun waktu 3 - 8 tahun.
Rayap memiliki keragaman jenis yang cukup tinggi. Sampai saat ini telah tercatat lebih dari 2.000 jenis rayap yang ada di dunia. Secara garis besar, jenis rayap tersebut terbagi dalam 7 famili, 15 sub-famili dan 200 genus (marga). Hampir 10% dari keseluruhan rayap di dunia ditemukan di Indonesia yaitu 200 jenis yang terdiri atas 3 famili (Kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan Termitidae), 6 sub-famili (Coptotermitinae, Rhinotermitinae, Amitermitinae, Termitinae, Macrotermitinae, dan Nasutitermitinae), dan 14 genus (Neotermes, Cryptotermes, Schedorhinotermes, Prorhinotermes, Coptotermes, Microcerotermes, Caprototermes, Macrotermes, Odontotermes, Microtermes, Bulbitermes, Nasutitermes, Hospitalitermes dan Lacessitermes). Namun dari 200 jenis rayap tersebut baru sekitar 179 jenis yang telah berhasil diidentifikasi (ditentukan jenisnya secara ilmiah), yaitu 4 jenis rayap kayu kering, 166 jenis rayap kayu basah, dan 9 jenis rayap tanah (subterannean).
Berdasarkan habitatnya, rayap dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu rayap kayu basah (damp wood termite), rayap kayu kering (dry wood termite), rayap pohon (tree termite) dan subteran atau rayap tanah (subterannean termite). Rayap kayu basah adalah golongan rayap yang biasa menyerang kayu-kayu busuk atau pohon yang akan mati. Sarangnya terdapat dalam kayu dan tidak berhubungan dengan tanah. Rayap kayu kering adalah golongan rayap yang biasa menyerang kayu-kayu kering. Sarangnya terdapat dalam kayu dan tidak berhubungan dengan tanah. Rayap pohon adalah golongan rayap yang menyerang pohon-pohon hidup. Rayap ini bersarang di dalam pohon dan tidak berhubungan dengan tanah. Sedangkan Rayap subteran adalah golongan rayap bersarang di dalam tanah tetapi dapat juga menyerang bahan-bahan di atas tanah karena selalu mempunyai terowongan pipih yang terbuat dari tanah yang menghubungkan sarang dengan benda yang diserangnya.
Dalam setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda. Ketiga kasta tersebut adalah kasta prajurit, kasta reproduktif dan kasta pekerja. Sekitar 80 – 90% populasi koloni rayap merupakan kasta pekerja. Kasta pekerja inilah yang melakukan kerusakan pada aset-aset milik manusia dan bahan berlignoselulosa lainnya.
Berlawanan dengan rayap tanah, rayap kayu kering dan kayu basah tidak mempunyai kasta pekerja khusus oleh karena itu nimfa-nimfa yang belum dewasa melakukan bermacam-macam tugas dari koloni termasuk mengambil alih tugas kasta pekerja. Sesudah suatu periode kerja seperti tersebut di atas, nimfa-nimfa ini menjadi dewasa dan menjadi serdadu dan rayap reproduktif.
Makanan utama rayap selain selulosa kayu, juga selulosa yang terdapat pada sabuk kelapa, rumput, kertas, karton, tekstil dan kulit-kulit tanaman. Rayap juga mengkomsumsi jamur sebagai bahan makanannya, Kelompok rayap dari sub-famili Mastotermetinae (famili Termitidae) membudidayakan jamur Termitomyces (Basidiomycetes) dalam koloninya, jamur ini dimakan oleh anggota koloni yang masih muda. Rayap juga ada yang mengkomsumsi tanah yang mengandung mineral, karbohidrat, mikroorganisme tanah dan polyphenolic. Sekitar 60% dari famili termitidae mengkomsumsi tanah sebagai bahan makanannya.
Berdasarkan simbiosisnya dengan mikroorganisme rayap terbagi atas dua kelompok yaitu, rayap tingkat tinggi yang bersimbiosis dengan bakteri dan rayap tingkat rendah yang bersimbiosis dengan bakteri dan protozoa. Rayap tingkat tinggi mempunyai sistem pencernaan yang lebih berkembang dibandingkan rayap tingkat rendah karena menghasilkan enzim selulase selama proses pencernaan selulosa dalam usus belakangnya. Ada beberapa hipotesis tentang peranan bakteri yang terdapat pada usus belakang rayap tingkat tinggi yaitu melindungi rayap dari bakteri asing, asetogenesis, fiksasi nitrogen, methanogenesis dan metabolisme pyruvat. Meskipun bakteri tidak melibatkan diri secara langsung dalam proses pencernaan rayap namun bakteri ini akan disebarkan oleh rayap pekerja kepada nimfa-nimfa baru.
Perilaku rayap yang sekali-kali mengadakan hubungan dalam bentuk menjilat, mencium dan menggosokkan anggota tubuhnya dengan lainnya (perilaku trofalaksis) merupakan cara rayap menyampaikan bakteri dan protozoa berflagellata bagi individu yang baru saja ganti kulit (ekdisis) untuk menginjeksi kembali invidu rayap tersebut. Di samping itu, juga merupakan cara menyalurkan makanan ke anggota koloni lainnya.
Sama seperti pada rayap tingkat tinggi, bakteri yang terdapat dalam usus belakang rayap tingkat rendah juga mempunyai peranan dalam proses pencernaan makanan, meskipun bakteri ini tidak berperan utama dalam proses dekomposisisi selulosa. Protozoa yang terdapat pada usus belakang rayap tingkat rendah merupakan protoza flagellata. Lebih dari 400 spesies protozoa flagellata telah diidentifikasi dalam usus belakang rayap tingkat rendah.
Biomassa mikroba ini meliputi sekitar sepertujuh sampai dengan sepertiga berat rayap. Protozoa ini mempunyai peranan penting dalam metabolisme selulosa dan berfungsi menguraikan selulosa dalam proses percernaan makanannnya menghasilkan asetat sebagai sumber energi bagi rayap. Hasil penelitian Belitz and Waller (1998) menunjukkan bahwa defaunasi protozoa dalam usus belakang rayap dengan menggunakan oksigen murni menyebabkan kematian rayap sekitar dua sampai tiga minggu walaupun diberi kertas saring yang mengandung selulosa. Namun rayap ini akan hidup lebih lama dengan makanan yang sama dengan adanya kehadiran protozoa dalam usus belakangnya. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan rayap sangat tergantung pada mikroba simbiosisnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa proses penguraian selulosa dalam usus belakang rayap berlangsung dalam keadaan anaerobik.
Rayap tanah merupakan kelompok rayap yang paling banyak menyebabkan kerugian ekonomis terhadap kehidupan manusia. Genus Coptotermes (Coptotermes spp.) merupakan rayap yang paling banyak merusak kayu dan bahan berkayu lainnya di bumi ini, terutama di Asia Tenggara. Rayap tanah ini memiliki daya serangan paling tinggi bahkan serangannya dapat mencapai lantai 26 gedung bertingkat. Untuk mencapai sasarannya rayap tanah dapat menyerang dengan berbagai cara yaitu menyerang melalui kayu yang berhubungan langsung dengan tanah, masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan fondasi, membuat liang-liang kembara (shelter tubes) di atas permukaan kayu serta dapat menembus penghalang fisik seperti plastik, logam tipis, kabel, dan lain-lain walaupun objek tersebut bukan makanannya. Ketika rayap telah mencapai sasarannya maka rayap akan memperluas serangannya sampai bagian-bagian yang tinggi dengan membuat sarang antara di dalam bangunan yang jauh dari tanah dan memanfaatkan sumber-sumber kelembaban yang tersedia dalam bangunan tersebut.
Di Indonesia rayap tanah/subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari genus Coptotermes dan Schedorhinotermes. Rayap Coptotermes ditemukan banyak menyerang tanaman perkebunan dan kehutanan seperti pohon kelapa, karet, coklat, kelapa sawit dan pinus serta juga banyak merusak bangunan gedung, buku-buku, arsip-arsip, kabel-kabel listrik, telepon serta barang-barang yang disimpan. Coptotermes juga pernah diamati menyerang bagian-bagian kayu dari kapal minyak yang melayani pelayaran Palembang-Jakarta dilaporkan bahwa Coptotermes curvignathus dan Coptotermes travians merupakan spesies rayap dari genus Coptotermes yang paling banyak merusak bangunan dan hutan tanaman di Indonesia.

SEBUAH KEBOHONGAN: PENGGUNAAN KONDOM MENCEGAH VIRUS HIV/AIDS

SEBUAH KEBOHONGAN: PENGGUNAAN KONDOM MENCEGAH
VIRUS HIV/AIDS

Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin

Berdasarkan hasil sebuah data penelitian dari aktivis kesehatan menunjukkan bahwa hingga Maret 2007 ada 8.988 kasus AIDS di Indonesia. Yang mengejutkan, 57 persen kasus terjadi di usia remaja, yakni 15 tahun hingga 29 tahun. Sebagian besar, yakni 62 persen, terinfeksi narkotika yang menggunakan jarum suntik dan 37 persen dari seks tidak aman.
Terkait dengan data tersebut maka pemerintah telah menggalakkan penggunaan kondom untuk menanggulangi penyakit mematikan tersebut. Rupanya keyakinan pemerintah tersebut masih yakin betul bahwa penularan virus HIV bisa ditangkal dengan penggunaan kondom. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kampanye dan argumentasi dikemukakan kepada khalayak agar mau menggunakan kondom sebagai ’senjata pamungkas’ melawan virus ganas itu.
Namun menurut Prof. Dr. Dadang Hawari keyakinan tersebut ternyata tidak beralasan. Beliau pernah menuliskan hasil rangkuman beberapa pernyataan dari sejumlah pakar tentang kondom sebagai pencegah penyebaran HIV/AIDS. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh pakar-pakar tersebut jelas bahwa kelompok yang menyatakan kondom 100 persen aman merupakan pernyataan yang menyesatkan dan kebohongan. Berikut sebagian pernyataan tersebut:
1. Direktur Jenderal WHO Hiroshi Nakajima (1993), “Efektivitas kondom diragukan.”
2. Penelitian Carey (1992) dari Division of Pshysical Sciences, Rockville, Maryland, USA: Virus HIV dapat menembus kondom.
3. Laporan dari Konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand (1995): Penggunaan kondom aman tidaklah benar. Pada kondom (yang terbuat dari bahan latex) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang; dalam keadaan meregang lebar pori-pori tersebut mencapai 10 kali. Virus HIV sendiri berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian, virus HIV jelas dengan leluasa dapat menembus pori-pori kondom.
4. V Cline (1995), profesor psikologi dan Universitas Utah, Amerika Serikat, “Jika para remaja percaya bahwa dengan kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainnya, berarti mereka telah tersesatkan.”
5. Hasil penelitian Prof. Dr. Biran Affandi (2000): Tingkat kegagalan kondom dalam KB mencapai 20 persen. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan dari Prof. Dr. Haryono Suyono (1994) bahwa kondom dirancang untuk KB dan bukan untuk mencegah virus HIV/AIDS. Dapat diumpamakan, besarnya sperma seperti ukuran jeruk garut, sedangkan kecilnya virus HIV/AIDS seperti ukuran titik. Artinya, kegagalan kondom untuk program KB saja mencapai 20 persen, apalagi untuk program HIV/AIDS; tentu akan lebih besar lagi tingkat kegagalannya.
Jadi, sangat jelas sekali bahwa penggunaan kondom tetap mengundang bahay. Kampanyae kondom selama ini dilakukan hanyalah untuk menghalalkan seks bebas. Akibatnya, kampanye kondom bakal semakin meningkatkan pergaulan seks bebas. Berdasarkan penelitian Mark Schuster dari Rand, sebuah lembaga penelitian nirlaba, dan seorang pediatri di University of California mengungkapkan bahwa setelah kampanye kondomisasi, aktivitas seks bebas di kalangan pelajar pria meningkat dari 37% menjadi 50% dan di kalangan pelajar wanita meningkat dari 27% menjadi 32% (USA Today, 14/4/1998).
Itulah sebabnya, pakar AIDS, R Smith (1995), setelah bertahun-tahun meneliti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan safe sex dengan cara menggunakan kondom sebagai “sama saja dengan mengundang kematian”. Selanjutnya ia merekomendasikan agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual di luar nikah.
Namun demikian, orang-orang sekular, khususnya para pemuja HAM dan demokrasi di negeri ini masih tetap akan merekomendasikan untuk menebar kondom gratis ketimbang memberantas pergaulan bebas dan pelacuran. Mungkin pikir mereka, itu lebih manusiawi karena tidak melanggar HAM.
Berbagai konferensi tentang HIV/AIDS diselenggarakan di seluruh dunia. Namun, tak satu pun konferensi itu—yang bahkan di antaranya diprakarasai PBB—mengeluarkan rekomendasi untuk mencegah perilaku dan kehidupan seks bebas. Bulan Agustus lalu (19-23 Agustus 2007), misalnya, lebih dari 2500 orang dari 60 negara di kawasan Asia dan Pasifik berkumpul dalam Konferensi Internasional AIDS Asia dan Pasifik (International Conference on AIDS in Asia and the Pacific, atau ICAAP) ke-8 di Colombo, Sri Lanka. Pertemuan selama empat hari ini mendatangkan berbagai pembuat kebijakan, pejabat pemerintah, pakar medis, akademisi, orang dengan HIV/AIDS (ODHA), pekerja komunitas dan media. Mereka membicarakan isu-isu seputar stigma dan diskriminasi, akses layanan bagi ODHA, pentingnya meyakinkan kembali para pimpinan politik untuk menepati janji mereka, serta memperluas layanan kesehatan bagi mereka yang terinfeksi HIV. Mereka juga saling bertukar pengalaman dan tantangan yang dihadapi, termasuk masalah hak asasi manusia, keamanan, gender dan seksualitas, serta keterlibatan ODHA yang lebih besar dalam program HIV/AIDS. Namun, tidak ada satu pun pembicaraan mereka itu mengarah pada akar penyebab penyebaran HIV/AIDS, yakni seks beba. Padahal seks bebaslah penyebab utama merebaknya HIV/AIDS, di samping penyalahgunaan narkoba. Hal ini disebabkan oleh perilaku seks bebas alias zina adalah salah satu perilaku yang dijamin dalam sistem demokrasi, sebagaimana yang diberlakukan di Indonesia saat ini juga.
Di Indonesia, misalnya, salah satu buktinya adalah tidak adanya UU yang bisa menjerat pelaku perzinaan. Yang ada adalah pasal dalam KUHP yang terkait dengan pemerkosaan. Artinya, selama hubungan seks di luar nikah alias zina dilakukan suka sama suka maka hal itu tidak masalah. Wajar saja jika di Tanah Air lokalisasi pelacuran di berbagai tempat kerap dilegalkan, karena di sana transaksi seksual antara pelacur dan lelaki hidung belang memang dilakukan atas dasar suka sama suka.
Karena itu, satu-satunya solusi untuk mencegah penyebaran virus HIV/AIDS adalah dengan membuang demokrasi yang memang memberikan jaminan atas kebebasan berperilaku, termasuk seks bebas, sekaligus memberlakukan hukum Islam secara tegas, antara lain hukuman cambuk atau rajam atas para pelaku seks bebas (perzinaan). Allah SWT berfirman:
Pezina wanita dan pezina laki-laki, cambuklah masing-masing dari keduanya seratus kali cambukan, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kalian untuk (menjalankan) agama Allah jika kalian memang mengimani Allah, dan Hari Akhir. (QS an-Nur [24]: 2).
Hukuman yang berat juga harus diberlakukan atas para pengguna narkoba. Sebab, di samping barang haram, narkoba terbukti menjadi alat efektif (mencapai 62%) dalam penyebarluasan HIV/AIDS. Lebih dari itu, sudah saatnya Pemerintah dan seluruh komponen bangsa ini segera menerapkan seluruh aturan-aturan Allah (syariah Islam) secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Hanya dengan itulah keberkahan dan kebaikan hidup—tanpa AIDS dan berbagai bencana kemanusiaan lainnya—akan dapat direngkuh dan ridha Allah pun dapat diraih.

Selasa, 23 September 2008

KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN
Muhammad Daud, S. Hut.
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin

A. DEFENISI KEPEMIMPINAN

Apakah arti kepemimpinan? Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.

B. PENGERTIAN PEMIMPIN

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, Page 23).

C. TUGAS DAN PERAN PEMIMPIN

Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi.
2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
5. Manajer adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit

Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator

D. PRINSIP _PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN

Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:
1. Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;
a. Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
b. Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
c. Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan
d. Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali menjadi diri sendiri lagi.
Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.
Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).

E. KESIMPULAN

Beberapa definisi kepemimpinan menggambarkan ‘asumsi’ bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang, baik individu maupun kelompok. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan pada prinsip-prinsip belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan dan membawa energi positif. Tujuan manajemen dapat tercapai bila organisasi memiliki memiliki pemimpin yang handal.

Senin, 15 September 2008

KONSEP HIDUP

KEHIDUPAN

Muhammad Daud, S. Hut.

Fakultas Kehutanan

Universitas Hasanuddin

Hidup adalah belajar. Siapa yang tidak mau belajar dari kehidupan, dia seorang yang bodoh. Dalam kehidupan sehari-hari, kalau kita membuka mata kita, maka akan terdapat pelajaran tentang hidup dan pengalaman adalah guru terbaik. Lihat disekelilingmu dan engkau akan menemukan contoh-contoh yang jelas sekali.

Nasib berada di tangan tuhan dan ditentukan oleh kekuasaan tuhan. Akan tetapi baik buruknya nasib tergantung dari manusia sendiri. Manusia diberi peralatan selengkapnya untuk berusaha memperbaiki dirinya. Tidak mempergunakan segala daya yang ada padanya berarti menyia-nyiakan pemberian anugerah dari Tuhan berupa perlengkapan sempurna itu. Nasib yang menimpa seseorang pasti ada sebabnya dan itu berada di tangan manusia sendiri. Karena itu selalulah menanam bibit yang baik yaitu melakukan semua perbuatan yang baik sehingga buahnya pun kelak akan baik.

Jika kita tertimpa suatu peristiwa menyenangkan atau menyusahkan tidak akan menyesal, karena maklum bahwa semua itu adalah hasil tanamannya sendiri. Wajarlah jika yang bersalah menerima hukumannya. Mengapa menyesal, penyesalan yang perlu kita miliki adalah bertaubat atas kesalahannya dan tidak akan mengulangnya kembali. Tidak akan menanam bibit yang buruk lagi, melainkan menanam bibit yang baik-baik saja tanpa pamrih, yaitu pamrih untuk kesenangan diri sendiri. Pamrih adalah harapan untuk mendapatkan sesuatu dan hanya orang yang mengharapkan mendapatkan sesuatu sajalah yang akan merasa kecewa. Kecewa kalau yang diharapkan itu tidak tercapai, kemudian menjadi bosan dan tidak puas jika harapan itu kemudian setelah tercapai tidak seindah seperti yang dibayangkan

Minggu, 14 September 2008

FINIR DAN KAYU LAPIS

FINIR DAN KAYU LAPIS

Muhammad Daud, S. Hut.

Fakultas Kehutanan

Universitas Hasanuddin

A. Pengertian

Finir adalah lembaran kayu tipis dari 0,24 mm sampai 0,6 mm yang diperoleh dari penyayatan (pengupasan) dolok kayu jenis-jenis tertentu.dengan ketebalan sama dan lebih kecil dari 6 mm. Ketebalan diatas batas ini digolongkan ke dalam jenis papan. Penggunaan utama dari finir adalah untuk pembuatan kayu lapis (plywood), di mana beberapa lembar finir direkat menjadi satu dengan arah serat yang saling tegak lurus dalam jumlah yang ganjil. Finir dapat juga dibuat menjadi papan lamina (laminated wood) di mana lembaran-lembaran finir direkat menjadi satu dengan arah serat yang sama. Finir juga digunakan dalam pembuatan papan balok (block board) di mana lapisan muka dan belakang adalah finir (lapisan luar) dan lapisan tengah adalah potongan kayu memanjang disusun berdampingan. Selain untuk pembuatan kayu lapis, papan lamina dan papan balok, finir juga diproduksi untuk pembuatan kotak dan batang korek api, tusuk gigi dan lain-lain.

Kayu lapis adalah (plywood) adalah papan buatan dengan ukuran tertentu yang terbuat dari beberapa lapisan finir. Plywood dengan tiga lapis disebut tripleks, atau three-ply, lapis 5 (5 ply),, lapis 7 (7 ply), lapis 9 (9 ply). Lapis 5 dan selebihnya disebut pula multipleks atau multiply.

Maksud dan tujuan pembuatan finir dan kayu lapis untuk mendapatkan papan yang berukuran lebar. Selain itu juga untuk :

a. menghemat penggunaan kayu

b. memanfaatkan jenis-jenis kayu bernilai rendah

c. menambah kekuatan serta meningkatkan mutu kayu dengan memperindah segi

dekoratif kayu.

B. Cara Pembuatan Finir

Finir dapat dibuat dengan dua macam cara, yaitu ;

1. Dengan pisau, terutama untuk pembuatan finir yang tipis.

2. Dengan gergaji untuk menghasilkan finir yang lebih tebal.

a. Dengan Pisau

Secara umum dikenal 2 macam cara mesin kupas yaitu :

1). Mesin Kupas (peelerirotary), kayu diputar berlawanan dengan mata pisau. Pisau akan memotong atau mengupas kayu setebal finir yang dikehendaki. Mengerjakan dengan cara ini akan menghasilkan finir yang lebar sekali dan dapat digulung dengan alat penggulung. Selanjutnya dipotong menurut standar ukuran.

2) Mesin Kupas Kerat (slicer). Pisau bergerak horizontal (maju dan mundur) dan ada juga yang bergerak vertikal (naik turun). Dengan cara ini akan didapatkan finir yang lebih banyak dan pola gambar yang baik pula.

b. Dengan gergaji

Kayu bulat pertama-tama dibelah dua dengan gergaji. Setelah itu digergaji dengan gergaji pita untuk dijadikan finir. Dengan cara ini banyak kayu terbuang, serta memakan waktu cukup lama. Keuntungannya, adalah pengerjaan kayu tanpa diuapkan atau direbus lebih dahulu

C. Bahan Pokok

Kayu yang dibuat finir adalah dari jenis-jenis kayu yang lunak, ringan, kelas kuat dan kelas awetnya sekitar II-IV dan bila dikupas tidak mudah pecah. Jenis kayu yang biasa dipergunakan adalah sebagai berikut :

a. Meranti (Shorea spp.)

b. Keruing (Dipterocarpus spp.)

c. Kapur (Dryobalanops aromatica)

d. Kempas (Koompasia spp.)

e. Merawan (Hopea spp.)

f. Mangir (Canophyllum spp.)

g. Agathis (Damar) (Agathis spp.)

Sedangkan untuk pembuatan finir indah (fancy veneer) digunakan jenis-jenis kayu yang berkualitas tinggi dengan nilai dekoratif yang indah dan menarik, misalnya :

a. Jati (Tectona grandis)

b. Sonokeling (Dalbergia laetifolia)

c. kayu hitam (Ebony) (Diospyros spp.)

d. Sonokembang (Pterocarpus indicus)

e. Rengas (Gluta rengas)

f. Kuku (Periopsis mooniana)

D. Proses Pembuatan Finir

Proses pembuatan finir dimulai dengan pemotongan kayu menjadi ukuran yang dikehendaki, pemberian perlakuan pendahuluan, pembersihan, pengirisan atau pengupasan menjadi finir, pemotongan finir menjadi lembaran yang dikehendaki untuk kemudian dikeringkan, atau untuk finir-finir muka / face dan belakangan / back biasanya dari pisau pengupas kemudian finir digulung dan dikeringkan untuk selanjutnya dipotong menjadi ukuran yang dikehendaki, setelah itu baru finir-finir tadi dikelompokkan dan bila perlu diperbaiki.

1. Pemanasan

Sebelum diadakan pemotongan finir maka finir terlebih dahulu dipanaskan. Pemanasan dilakukan untuk melunakkkan kayu dan mata-mata kayunya yang membuatnya lebih mudah untuk dipotong. Pemanasan juga untuk meningkatkan kualitas permukaan, dan mengurangi kekasaran.

Baldwin menyebutkan ada empat keuntungan memanasi kayu bulat :

a. Hasil finir yang lebih tinggi dapat diperoleh dari kayu bulat.

b. Kualitas finir meningkat

c. Biaya buruh berkurang

d. Jumlah perekat dapat dikurangi

Pemanasan dapat dilakukan dengan mengukus (uap panas), atau menyemprotkan air panas bersuhu 93o C. Pemanasan ini dilakukan beberapa saat sebelum blok dikupas menjadi finir.

2. Pengupasan

Pengupasan dilakukan menggunakan pisau statis yang dikasitkan pada blok kayu yang berputar. Hasil pengupasan ini berupa lembaran tipis kayu yang disebut finir. Pengupasan dilanjutkan hingga diameter blok tinggal 5,5 sampai 4,0 inchi. Oleh karena finir hasil pengupasan masih berupa lembaran yang memanjang maka pada proses selanjutnya finir dipotong-potong sesuai dengam ukuran panjang plywood yang telah ditentukan.

3. Penyimpanan dan pemotongan

Penyimpanan yang dimaksud di sini adalah bukanlah seperti penyimpanan barang digudang atau sejenisnya. Yang dimaksudkan hanyalah penyimpanan sementara sebelum finir dipotong sesuai ukuran.

Penyimpanan dapat dilakukan dengan 2 cara yakni sistem gulungan dan sistem konveyer. Sistem gulungan dirasakan kurang praktis dan lebih lambat dibandingkan dengan sistem konveyer. Hal ini disebabkan pada sistem gulungan finir mesti disusun berbentuk gulungan terlebih dahulu sebelum dibawa ke mesin pemotong untuk dipotong sesuai ukuran. Sementara pada sistem konveyer mesin pemotong diletakkan satu jalur dengan mesin pengupas sehingga memungkinkan pemotong dilakukan lebih cepat.

4. Pengeringan Finir

Pengeringan finir dilakukan dengan menyemprotkan udara panas ke permukaan finir. Suhu yang dibutuhkan untuk pengeringan ini mencapai

300o C. Dengan suhu setinggi ini diharapkan diperoleh kestabilan yang merata ke seluruh bagian finir dan memudahkan proses perekatannya.

5. Perekatan

Sebelum lembaran disusun seperti yang diinginkan, terlebih dahulu permukaan finir disemprot dengan perekat. Biasanya digunakan perekat sintesis thermosetting yang biasa mengeras akibat terkena panas. Jenis perekat yang biasa digunakan adalah Urea Formaldehide dan Fenol formaldehyde.

Dalam pebuatan kayu lapis bahan perekat merupakan faktor penting kerena bersifat mempersatukan lembaran-lembaran finir menjadi satu ketebalan tertentu. Berdasarkan sifat-sifatnya perekat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu :

a. perekat tahan kelembaban (moisture resistance)

b. perekast tahan panas dan cuaca (dry resistance )

c. perekat tahan air (water resistance)

Berdasarkan penggolongannya perekat terbagi atas ;

a. perekat berasal dari tumbuh-tumbuhan : perekat tapioka, kedelai, perekat

biji kapuk dan lain-lain.

b. perekat yang berasal dari hewan : perekat kasein, perekat darah (albumim) dan lain-lain.

c. perekat sintesis : perekat yang dibuat dari sintesis antara lain ureaformaldehid, termosetting, fenol formaldehid, resoresinol, formaldehid dan lain-lain.

Jenis-jenis perekat di atas digunakan untuk menghasilkan kayu lapis yang perlu benar-benar menghasilkan kayu lapis yang yang berkualitas baik, yiatu :

a. kayu lapis yang tahan terhadap air

b. kayu lapis yang tahan udara lembab

c. kayu lapis yang tahan terhadap suhu panas

6. pelaburan dan penyusunan finir

Setelah finir muka (face) dan inti (core) disusun seperti yang dikehendaki, kemudian dilakukan pengepresan menggunakan mesin dengan tekanan berkisar 110 – 200 psi tergantung pada jenis dan kerapatan plywood yang diinginkan.

7. Penyelesaian

Dari mesin press, kayu lapis tersebut menuju mesin gergaji untuk dibuat ukuran-ukuran standar arah memanjang dan melebar kayu lapis tersebut. Dan selanjutnya kayu lapis masuk pada mesin amri untuk dihaluskan bidang permukaannya, sekaligus diadakan pengujian kualitas. Kemudian diangkut dengan forklift untuk disimpan di dalam gudang, disusun dengan baik dalam susunan mendatar di atas landasan yang jarak dari lantai 10 – 20. lantai harus terlindungi dari kelembaban, begitu pula keadaan gudang.

E. Sifat-Sifat Umum Kayu lapis

1. Tipe-tipe kayu lapis

Umumnya kayu lapis diklasifikasikan ke dalam dua tipe yaitu :

1) Tipe penggunaan di dalam (interior use )

2) Tipe penggunaan di Luar (ekterior use)

2. Kekuatan Lengkung dan kekuatan (stiffnes) :

Sifat kekuatan dan sifat kaku adalah suatu syarat yang baik bagi kayu lapis, sehingga bahan bangunan yang kuat yang kuat. Lebih banyak lapisan pada kayu lapis semakin merata pembagian kekuatan pada lapis tersebut.

3. Kekuatan Geser dan Kekuatan Menahan paku

Dengan memasang finir bersilangan,kayu lapis menjadi kuat tahan geseran ke arah , begitu pula halnya dengan kekuatan menahan paku, sehingga pada waktu pada pemakuan tidak pecah walaupun dipaku pada bagian tepinya.

4. Kekuatan terhadap pukulan dan Benturan :

Kayu lapis mempunyai kekuatan terhadap pukulan dan benturan, oleh karenanya sesuai sekali untuk dipergunakan sebagai dasar lantai, penutup dinding dan lain kegunaannya.

5. Pengerjaan

Kayu lapis merupakan bahan jadi, mudah dikerjakan. Dapat dipotong menjadi berbagai ukuran dan bentuk, mudah dipaku ataupun disekrup dan tidak dikuatirkan akan pecah. Kayu lapis dapat dikatakan suatu bahan yang memiliki kestabilan dimensi.

F. Mutu Kayu Lapis

1. Persayaratan Umum

Persyaratan umum meliputi hal ukuran (Tebal, panjang dan lebar, kadar air kayu lapis dan keadaan finir penyusun kayu lapis, baik finir luar maupun finir dalam.

2. Persyaratan Khusus

Meliputi keadaan finir luar dan dalam. Finir luar terdiri atas finir muka dan finir belakang. Dengan adanya cacat-cacat pada finir luar dan dalam, maka dapat dibedakan beberapa macam mutu yang ditulis dalam huruf besar seperti A, B, C dan seterusnya.

3. Persyaratan Keteguhan Rekat

Keteguhan rekat menggambarkan baik tidaknya perekat yang mengikat finir penyusun kayu lapis.

4. Persyaratan Kekuatan dan Keawetan

Untuk kayu lapis biasa umumnya belum dituntut persyaratan kekuatan. Tetapi untuk kayu lapis biasa umumnya belum dituntut persaratan kekuatan.

G. Perawatan Kekuatan dan Keawetan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kayu lapis :

  1. Kayu lapis hendaknya disimpan secara mendatar dan rata (horizontal)
  2. Permukaan kayu lapis dijaga terhadap kemungkinan kerusakan yang disebabkan oleh benturan, gesekan dan lain sebagainya.
  3. Bagian tepi dan sudut dari kayu lapis perlu dilindungi, terutama kayu lapis yang sudah dironci (dialur).
  4. Mengangkat lembaran kayu lapis dengan cara memegang bagian tepinya, dan hindari terjadinya kerusakan pada permukaan, tepi dan sudut.
  5. Melindungi kayu lapis dari sinar matahari langsung, air atau kelembaban yang berlebihan sewaktu disimpan.
  6. Kayu lapis yang akan digunakan, hendaknya dibeli pada saat pengerjaan untuk itu akan dimulai. Kecuali ada gudang penyimpanan yang memenuhi syarat.

H. Penggolongan Kayu lapis

Kayu lapis dapat dibedakan atas bemacam-macam tipe yang didasarkan atas beberapa penggolongan yaitu :

a. Berdasarkan Kelompok

1) Kayu lapis dari jenis kayu daun jarum

2) Kayu lapis dari jenis kayu daun lebar

b. Berdasarkan Jenis bahan yang dipakai

1) Kayu lapis serba kayu

2) Kayu lapis campuran (kayu dan material/ logam)

c. Berdasarkan ketahanan perekatnya

1) Kayu lapis eksterior

2) Kayu lapis interior

d. Berdasarkan Jumlah lapisnya

1) Kayu lapis (tripleks)

2) Lebih dari tiga lapis (multipleks)

e. Berdasarkan Tebal lapisan Finir

1) Kayu lapis dengan tebal finir serba sama

2) Kayu lapis dengan tebal tidak sama

f. Berdasarkan corak keindahan

1) Kayu lapis biasa (ordinary plywood)

2) Kayu lapis indah (fancy plywood)

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan kayu lapis jika

dibandingkan dengan penggunaan kayu massif adalah :

a) Kembang susut pada arah memanjang dan melebar jauh lebih kecil, sehingga merupakan bahan yang memiliki stabilitas dimensi yang lebih baik,

b) Mempunyai ketahanan lebar besar terhadap belahan dan retak.

c) Memungkinkan penggunaaan lembaran-lembaran papan yang lebih besar.

d) Memungkinkan penggunaan lembaran-lembaran papan berbentuk kurva.

e) Memunkinklan kayu lapis digunakan lebih efisien

f) Ringannya kayu lapis hinga memudahkan perlakuan kayu lapis pada pembuatan-pembuatan barang tertentu.

g) Memungkinkan mendapat efek nilai dekoratif yang lebih luas

h) Mampu menahan paku dan sekrup lebih baik.

I. Penggunaan kayu lapis

Beberapa penggunaan kayu lapis yang dianggap penting anatara lain :

a. Bangunan

1) Rangka

2) Dinding

3) Langit-langit

4) Lantai

5) Pintu (pelapis daun pintu)

b. Alat-alat transportasi

1) Interior di mobil

2) Interior di kereta api

3) Interior di pesawat terbang

4) Interior di kapal laut

c. perabot rumah tangga

d. bahan pengemas : kopor, tas, dan lain kegunaan yang ada hubungan dengan

kemasan .

e. barang-barang industri : radio, televisi, cabinet mesin jahit, baki, alat-alat

rumah tangga lainnya.

f. Barang-barang kerajinan : kap lampu, hiasan dinding, alat alat kantor, serta

variasi mainan anak-anak.

J. Industri dan Pemasaran Kayu Lapis

Pada tahun 1974/1975 catatan investasi indusstri finir dan plywood di Indonesia menunjukkan angka-angka sebagai berikut :

1. Gross value of output per unit raw material : US.$ 125

2. Investment per unit raw material : US.$ 90,-

3. Rate of Capital Turn Over / Gross Value of output per investment : US.$ 90,-

Dalam periode tahun 1983 / 1984, terdapat 22 unit industri kayu lapis HPH yang mengajukan aplikasi perluasan pabrik atau pendirian pabrik baru, dengan jumlah kapasitas produksi 1.322.626 m3/tahun. 12 unit diantaranya telah mencapai SPT BKPM dengan kapasitas produksi sebesar 689.400 m3/tahun.

Industri kayu lapis sejak tahun 1980 sampai , yaitu sejak ditempuh kebijaksanaan pemerintah di bidang kehutanan ( yang dikenal dengan SKBTM), berkembang cukup pesat. Volume eksport kayu lapis indonesia meningkat cukup pesat. Kalau pada tahun 1980 ekspor baru mencapai ± 245 ribu m3, maka pada tahun 1980 eksport 1984 telah mencapai ± 3.045 ribu m3. namun kenaikan volume ini tidak diimbangi dengan kenaikan untuk nilai setiap satuan. Pada tahun 1983 nilai setiap satuan dapat mencapai ± US. $ 242 / m3, kemudian tyurun cukup tajam pada tahun 1984 menjadi ± US. $ 216 / m3. Meskipun demikian, nilai devisa secara keseluruhan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Atmosuseno, B.S. dan Khaeruddi Duljafar. 1996. Kayu Komersial. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Departemen kehutanan. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Direktorat

Jendral Kehutanan, Jakarta.

___________________. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Koperasi Karyawan

Departemen kehutanan dan Perkebunan, Jakarta.

___________________. 2000. Hand Book of Indonesian Forestry. Koperasi

Karyawan Departemen Kehutanan, Jakarta.

Dumanauw, J.F., 1990. Mengenal Kayu. Kanisius, Jakarta.

Haygreen, J.G. dan Jim L. Bowyer. 1995. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu

Pengantar. Gadja Mada University Press, Yokyakarta

Junus, M., A.R. Warasaka, J.J. Franz, M. Rusmaedy, Sudirman, S.N. Digut, M. Sila.

1989. Dasar Umum Ilmu Kehutanan. Buku II. Badan Kerjasama Perguruan

Tinggi Negeri Indonesia bagian timur. Lembaga Penerbitan Universitas

Hasanuddin, Ujung Pandang.

Soetomo, 2001. Industri Pengolahan Kayu. Majalah Kehutanan Indonesia, Jakarta.